Kira-kira sekitar dua bulan yang lalu, saya dan teman-teman melakukan trekking ceria (jalan kaki) ke curug-curug daerah sekitar Kota Cimahi Jabar. Sebelum trekking dilakukan, kami membuat sedikit research kecil-kecilan untuk mengumpulkan informasi melalui internet tentang curug-curug yang akan dikunjungi nantinya. Akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi Curug Cimahi,Curug Leuwi Opat, dan Curug Brubug. Ketiga curug ini lokasinya seumuanya terletak di daerah sekitar Cimahi dan lokasi setiap curug relatif saling berdekatan satu sama lainnya.
Di suatu Sabtu pagi yang cerah hehehehe,trekking pun siap dilakukan. Sebelum trekking dimulai, terlebih dahulu kami menyempatkan diri untuk sarapan pagi untuk sekedar mengisi tenaga. Sebagai tujuan pertama, kami ingin mengunjungi Curug Cimahi. Untuk mencapai Curug Cimahi yang berada di daerah Parongpong dapat dicapai dari dua arah, yaitu arah Cimahi atau pun arah Lembang. Karena tempat tinggal kami berada lebih dekat menuju Cimahi, kami memilih untuk menuju Kota Cimahi terlebih dahulu.
Kami menumpang bus explore jurusan Jatinangor-Cimahi menuju Kota Cimahi. Sopir bus memacu mobilnya dengan kecepatan sedang masuk melalui pintu tol gerbang Cileunyi, membelah jalan tol Purbaleunyi, dan keluar melalui pintu tol Baros Cimahi. Satu jam kemudian bus yang kami tumpangi tiba di Kota Cimahi. Kami turun di pool pemberentian terakhir bus, yaitu di depan Mall Cimahi.
Perjalanan menuju Curug Cimahi dilanjutkan dengan menumpang angkot jurusan Cimahi-Parongpong, angkotnya berwarna ungu. Dari depan Mall Cimahi,kami harus berjalan kaki sedikit sekitar 200 meter untuk menemukan jalan yang dilalui angot Parongpong. Angkot yang kami tumpangi menyusuri jalan-jalan Kota Cimahi, lalu masuk ke jalan Cihanjuang, dan terus bergerak ke atas menuju daerah Paronggpong. Perjalanan terasa tidak membosankan karena kami disuguhi pemandangan indah kebun-kebun warga yang berada di sepanjang jalan Cihanjuang. Kebanyakan kebun-kebun di sini ditanami berbagai macam jenis sayuran dan bunga oleh warga.
Sekitar 45 menit kemudian, kami tiba di pertigaaan Universitas Advent Indonesia. Itu artinya kami sudah sampai di daerah Parongpong. Kalau kita ambil arah kanan akan menuju ke terminal Parongpong dan ke arah Lembang. Sedangkan jika kita ambil arah kiri, kita akan menuju ke terminal Cisarua. Untuk mencapai Curug Cimahi, kami turun di pertigaan ini. Dari pertigaan ini, sebenarnya ada angkot langsung yang beroperasi menuju ke Curug Cimahi, angkotnya berwarna kuning. Jarak dari pertigaan ini menuju Curug Cimahi jaraknya tidak begitu jauh, jaraknya hanya sekitar kurang lebih 1 km.
Karena niat awalnya adalah trekking, kami memilih untuk berjalan kaki saja dan tidak menumpang angkot. Kami berjalan kaki menyusuri jalan yang berada di depan Universitas Advent Indonesia. Suasana pedesaan dan udara segar menemani perjalanan menuju Curug Cimahi. Baru berjalan sekitar 500 m, sudah terlihat plang papan nama Curug Cimahi yang menempel di dinding tebing dari kejauhan. Kami pun semakin mempercepat langkah kaki, lima belas menit kemudian kami tiba di gerbang Curug Cimahi. Pintu gerbang Curug Cimahi lokasinya persis berada di pinggir jalan yang kami lewati tadi dan berada di sebelah terminal Cisarua. Di dalam terminal, terlihat banyak angkot kuning jurusan Cisarua-Lembang yang sedang ngetem menunggu penumpang.
[caption id="attachment_222297" align="aligncenter" width="405" caption="ki-ka: pintu gerbang, terminal cisarua"][/caption]
Sebelum masuk ke dalam kawasan wisata Curug Cimahi, terlebih dahulu kami harus membayar tiket sebesar sepuluh ribu rupiah saja per orang. Di depan loket pembelian tiket,ada beberapa pengumuman penting yang kira-kira isinya begini: jarak tempuh menuju curug kurang lebih 450 m, jumlah anak tangga yang harus dilalui sebanyak 587 anak tangga, dan bagi pengunjung yang mengidap penyakit khusus dimohon untuk tidak memaksakan diri. Melihat pengumuman ini membuat saya agak merasa sedikit ragu untuk turun namun tidak mengurangi niat saya untuk menuju curug hehehehe. Bukan masalah bagi saya untuk menuruni tangga, namun yang jadi masalah adalah menaiki tangga kembali menuju atas. Jangan-jangan bisa turun, malah nggak bisa naik lagi nanti hehehehehe.
[caption id="attachment_222298" align="aligncenter" width="405" caption="akses menuju dasar curug"]
Setelah tiket masuk disobek oleh penjaga, kami mulai berjalan menuruni jalan setapak yang teridiri dari anak-anak tangga terbuat dari batu. Di sepanjang jalan menuju curug terdapat beberapa kursi-kursi panjang dan gazebo kecil untuk tempat beristirahat bagi para pengunjung. Tak lama berjalan menuruni anak tangga, sudah terlihat bagian atas curug dari kejauhan, terlihat aliran air yang cukup deras jatuh menuju dasar curug. Kalau dilihat dari sini, sumber air bersumber dari sungai dari di bawah jalan raya yang kami lewati tadi. Sebelumnya kami melewati sebuah jembatan yang di bawahnya terdapat sungai ini ketika kami berjalan kaki dari pertigaan Universitas Advent menuju gerbang curung. Belakangan saya tahu sungai ini bernama sungai Cimahi, jika di telurusuri semakin ke atas sungi ini bersumber dari mata air gunung Tangkupan Perahu di Lembang. Mungkin karena inilah curug ini dinamakan Curug Cimahi, curug berarti air terjun dalam bahasa Sunda, dan Cimahi karena sumber airnya bersumber dari sungai Cimahi. Namun dari titik ini, kami masih belum bisa melihat dasar curug. Menurut infomasi tinggi curug ini sekitar 85 meter dan kabarnya merupakan curug yang tertinggi yang ada di Jawa Barat.
Berjalan menuruni anak tangga menuju dasar curug tidak terlalu menguras tenaga. Anak-anak tangga dinaungi oleh pohon-pohon dari hutan yang masih alami dan terjaga membuat cuaca terasa sejuk. Di tengah perjalanan, kami beruntung bisa bertemu dengan sekumpulan monyet  yang bergelantungan di pohon-pohon hutan. Monyet-monyet ini adalah monyet yang dibiarkan hidup liar di sekitar hutan. Sedikit tips, kita harus ekstra hati-hati ketika ingin berinteraksi dengan monyet-monyet ini, bisa-bisa kalau kita lengah barang bawaan kita bisa lenyap dibawa kabur oleh monyet-monyet liar ini hehehehe. Ini tips bukan sembarang tips, sudah terjadi dengan teman saya sendiri hehehehe, ketika teman mengambil foto sang monyet, rupanya sangat monyet agak sedikit terusik dengan kehadiran kami, beruntung barang bawaan kami tidak berhasil dicuri oleh sang monyet hehehehe.