Mohon tunggu...
Arie Lexuz
Arie Lexuz Mohon Tunggu... -

Lexuz datang masalah hengkang, hehehehehehe... Brangkat...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Imaji Warung Kopi

10 Februari 2016   03:26 Diperbarui: 10 Februari 2016   03:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu saya cangkruk diwarung kopi dengan seorang kawan. Maksud hati ingin sedikit santai sambil nyeruput kopi lalu menghisap sebatang rokok dan sambil leyeh-leyeh, namun sepertinya hari itu bukan waktu yang tepat untuk menikmati kopi sambil diskusi. Entah mengapa pada waktu itu saya dan kawan saya, sama-sama diam tak berkata apapun. Kami hanya menghisap rokok dan sesekali nyeruput sedikit kopi di cangkir. Kami seperti orang yang sedang pisah ranjang saja waktu itu, hehehehe.

Kira-kira satu jam kami sama-sama diam, dengan kesibukan masing-masing. lalu tak sengaja saya berkata pada kawan disebelah saya. “Apakah kau pernah membayangkan hidup di sebuah Istana besar?, sedangkan kita hanya seorang abdi dalem di sebuah istana itu?. Lalu Menjadi orang yang harus patuh pada perintah Raja, merawat dan menjaga semua milik Kerajaan.”

Kawanku tak berkomentar apa-apa. Ia hanya tersenyum saja. Lalau saya melanjutkan pembicaraan saya, ”disana ada seorang Raja yang tidak memiliki rasa percaya diri ketika menjadi raja”. ”cerito liyane ae bro, koyoke loro awakmu saiki ki..” sambil menghisap rokoknnya lalu ia mendiamkan saya. ”Iyo dink.. loro piker koyoke..Hemm” jawabku singkat sambil menghelai nafas.

Tiba –tiba imajinasi saya semakin dalam, saya seperti melihat orang-orang yang sedang cangkruk diwarung kopi, sekitar saya tiba-tiba berubah menjadi warung seperti jaman keraajaan dulu. Pakaian mereka berubah menggunakan sewek dan udeng. Lalu tiba-tiba seperti terdengar ramai sorak sorai diluar warung kopi, sebuah iring-iringan pasukan kerajaan istana mengawal raja yang hendak masuk ke Istana. Padahal waktu itu diluar warung, hanya iring-iringan club sepeda motor. 

Saya semakin dalam masuk pada imajinasi, seakan-akan saya bertemu dengan seorang pengawal istana yang berkeluh kesah. Lalu Ia bercerita tentang Raja yang tak percaya diri dengan jabatnnya menjadi raja. Saat ini sang pengawal bingung entah harus bagaimana. Ia hanya menjalankan perintah saja. Patuh pada kerajaan dan raja adalah tugas dan tanggung jawabnnya.

Saya melihat alur cerita yang begitu cepat, tiba-tiba kerajaan itu diserang oleh kerajaan Ratu windu. Ketika kerajaan itu diserang, Sang panglima melapor kepada raja, ia berkata ”sang paduka, kerajaan kita diserang. Masihkah engkau tak memerintahkan kami untuk melakukan penyerangan atau pertahanan. Apakah engkau rela membiarkan tentara dan rakyatmu tewas tanpa perlawanan?”

Sang Raja hanya diam saja, matanya menunjukkan keraguan untuk memimpin pasukan melawan kerajaan musuh. ”Apakah aku bisa melawan Ratu windu?”. ”Paduka yang mulia, tentara kami tidak bisa menunggu lama, lebih baik kau perintahkan kami sekarang.” Sang panglima mendesak Raja untuk memerintahkan pasukannya. ”paduka yang mulia, tunggu apalagi!” sang panglima melantunkan nada tinggi karena kekesalannya pada Sang Raja tak kunjung berbicara. ”selamatkan rakyatku, bawa mereka ketempat yang paling aman. Tahan serangan musuh sampai pagi tiba. Laksanakan jendral..!” ”Baik Paduka, perintah dilaksanakan.”

Tak lama kemudian, sang Jendral mengabarkan kepada Raja bahwa serangan berhasil ditahan, pasukan ratu Windu dihantam mundur. Kerajaan dapat dikendalikan untuk sementara ini. ”Paduka Yang mulia, pasukan musuh berhasil kami hantam mundur, kami juga menahan jendral perang Ratu windu, untuk selanjutnnya kami serahkan pada sang Paduka.” ”Apa saranmu padaku untuk memperlakukan tawanan itu jendral?” Tanya Sang Raja kepada Jendral perang dengan tatapan sedikit gelisah. ”Saya Serahkan semua Keputusan kepada Paduka Mulia”. ”perlakukan Dia sebagaimana Manusia semestinnya, karena Dia sama sepertiku sebagai seorang yang bertugas melindungi Negara dan bangsannya”. ”Baik yang Mulia, perintah dilaksanakan”. Jawab Jendral dengan tegas dan berjalan mundur untuk meninggalkan Ruang Raja.

”Tunggu sebentar Jendral, ada yang ingin Aku Tanyakan padamu..” Sang Jendral berbalik dan menatap Sang Paduka. ”apakah aku di takdirkan untuk menjadi Raja?” Tanya Raja kepada sang Jendral. ”Mmmm… Iya Paduka, Sepertinya begitu” Jawab Jendral dengan nada sedikit bingung. ”Jendral… apakah aku nanti yang akan menanggung semua pahala atas jasa baikku pada Rakyatku?”. ”Mmmm… Tentu Paduka yang Mulia.. kelak semua kebaikan akan dibalas oleh kebaikan pada kehidupan yang akan datang”.

”Jendral, maukah kau menggantikanku menjadi Raja…” Tanya sang Raja kepada Jendralnnya. ”Mmmm.. Kenapa Paduka berkata seperti Itu?” Tanya sang Jendral semakin bingung. ”Bukankah pahala dan sanjungan dicari banyak orang, bukankah hidup dilayani dan tidak kekurangan apapun menjadi impian banyak orang. Maukah kau menggantikanku jendral?” Tanya Raja kepada jendral dengan sedikit memaksa. Sang Jendral hanya tertunduk, dan tak berkata apa-apa.

”aku masih belum bisa menjadi bijak, aku belum mampu untuk merawat Rakyatku dengan baik, bukankah semua penderitaannya di Dunia akan aku gantikan di kehidupan yang akan datang nantinya”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun