Saya agak surprise ketika tanpa sengaja otak atik mesin telusur ketemu majalah kesayangan saya dulu waktu kecil,"BOBO". Ya, majalah anak= anak Bobo ini adalah teman akrab dulu waktu kecil. Selain menghibur, majalah ini juga mendidik. Banyak manfaat Bobo hingga hari ini yang masih saya ingat, diusia yang sudah lebih setengah abad.
Di antara manfaat yang sangat dirasakan adalah, bagaimana Bobo mengajarkan penerapan butir - butir Pancasila, di usia dini, ketika itu saya masih kelas satu sekolah dasar, dan baru belajar membaca dengan mengeja hurup - hurup nya.
Kata Bobo, : Pancasila adalah dasar negara kita. Pancasila adalah pedoman hidup kita. Pancasila adalah nilai - nilai luhur bangsa yang di kumpulkan dalam 5 lima sila. Terdiri atas,: Â sila pertama : Ketuhanan yang maha esa, Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga: persatuan Indonesia, keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masih kata Bobo lagi, : Makna Sila Kedua Pancasila "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" - Makna sila kedua pancasila ini adalah kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghargai satu sama lain. Manusia yang adil dan beradab maksudnya adalah kita sebagai manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat paling tinggi. Karena itu, kita harus mewujudkannya melalui sikap yang adil dan beradab. Seperti, menghargai, menghormati, dan mencintai satu sama lain.Â
Ada kata "adil" dalam sila kedua pancasila ini, yang dimaksud dengan adil adalah kita harus melakukan sesuatu tanpa melihat latar belakang seseorang. Seperti yang teman-teman ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku, budaya, dan agama. Karena itu, kita harus saling menghargai tanpa melihat latar belakang seperti, suku, budaya, agama, atau status dalam masyarakat.
Baca disini Bobo : Sila Kedua
Adil juga berlaku dalam nilai-nilai dan hukum yang berlaku. Tidak ada perbedaan perlakuan, semua masyarakat Indonesia adalah sama dan setara.
Setelah agak besar, saya sempat beberapa kali mengikuti  penataran P4. Mulai yang durasi 17 jam, hingga 48 jam. Itu dulu di zaman orde baru. Â
Dizaman repot nasi, ( eh, maaf, maksudnya Reformasi ) banyak kemajuan yang dibuat, kalau tak bisa dibilang, banyak juga nilai- nilai kebaikan yang dihilangkan. Mimpi Proklamasi dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 45, rasanya makin menjauh, bukan makin mendekat.
Generasi milenial yang lebih akrab dengan gadged, -ketimbang majalah Bobo seperti zaman saya dulu,-  sekarang lebih senang main game online, tik - tok, liat youtube, dan chat di medsos via facebok atau whats app. Sehingga banyak dari mereka tidak lagi hapal lima butir Pancasila  falsafah bangsa nya, nilai luhur nenek moyang nya, perekat bangsa dan negara . Malah sekarang banyak mereka lebih hapal lagu korea. Â
Barangkali inilah penyebab kenapa bangsa ini kehilangan rasa persaudaraan nya, rasa kemanusiaan nya, rasa kebersamaan, rasa senasib sepenangungan, rasa empati, ikut merasakan sakit dan derita yang sama, ketika ada saudara nya yang menderita.
Pengikisan ini sangat berbahaya bagi bangsa ini. Karena akan menimbulkan dekadensi moral, Â arogansi, menang sendiri, elu - elu, gue - gue, egosentris, yang ujungnya menciptakan generasi yang tak lagi punya rasa kemanusiaan. Kejam, bengis, semena-mena, karena mereka tidak pernah merasakan indahnya bermain bola bersama di tengah hujan, bersama teman - teman sebaya.Â