Kembali menanti dalam ketidakpastian, ribuan hectare petakan tambak yang terabaikan, harapan-harapan yang kembali menjadi angan, lilitan hutang yang semakin dalam, dan konflik internal yang bermunculan ternyata tak menyurutkan perjuangan pengurus dan ribuan anggota perhimpunan petambak plasma udang windu (PPPUW) lampung ini untuk terus mendukung realisasi dari pemerintah pusat untuk meneruskan program revitalisasi seperti yang mereka idam-idamkan. Dengan pertimbangan pelaksanaan revitalisasi secepatnya dan syarat minimal lima tahun pengalaman usaha budidaya udang serta uang tunjuk 1,7 trilyun ,kali ini pt ppa hanya mampu menggaet empat kontestan. Dan ketika uji kelayakan dimulai dua diantaranya dinyatakan kalah, konsorsium dari thailand yang bernama ‘thai royal’ tak bisa maju karna tak dapat dukungan dari induk perusahaannya sementara ‘laranda’ jagoan dari filipina di nilai ko karna belum setor uang keamanan buat deposito. Sehingga tersisalah dua calon pahlawan ‘kemilau bintang timur’ yang membawa bendera merah putih dan, ‘neptune’ bermotor central proteinaprima yang disinyalir tetasan charoen pokphand, konglomerat asal thailand yang juga pernah berniat memiliki aset dipasena ketika lelang pertama pada oktober 2005 dan harus mundur karna recapital advisor dinyatakan sebagai pemenang.
Tim juri yang pada saat itu, yang terdiri atas pt ppa dan tim independen disaksikan oleh tim kejaksaan agung dan badan pengawasan keuangan dan pembangunan (bpkp) membuattiga kriteria penilaian yaitu, profil perusahaan, komitmen pendanaan dan rencana usaha. Pt kemilau bintang timur pada saat itu berusaha mati-matian untuk memenangkan kontes lelang tersebut. Mulai dari topangan dana fund asia, menyanggupi pembayaran gaji 8.000 karyawan, hingga menggaet medco energi untuk memastikan 160 mega watt listrik di bumi dipasena tak menjumpai kendala berarti. Namun saat pengumuman pemenangmalah neptune lah yang dianggap pantas merubah nasib ribuan penduduk pesisir utara lampung ini. Cukup bermodal688 milyar dan sedikit argumen tentang rencana usaha, pt central proteina prima mampu menyihir tim juri untuk tak melirik lagi harga penawaran yang diajukan pt kemilau sebesar 832 milyar. Dengan alasan bussines plan yang kurang detail dan penguasaan terhadap usaha udang yang kurang. pt kemilau dianggap belum mampu mengalahkan neptune, walau induk mereka adalah pemenang penghargaan konstributor eksport terbaik 2001 dan menggeluti usaha hasil laut dengan serius sejak 1994. Dan hingga kini penjelasan yang transparan tentang kekalahan investor anak negeri ini blum juga dipublikasikan. Ada apa?.
baru dimulai, tak peduli lagibagai mana pt cpp bisa ditunjuk jadi pahlawan, ribuan petambak menyambut hangat niat Babak baik investor asal negeri gajah putih ini. Mereka sudah jenuh hidup dalam keterpurukan dan berharap pahalwan kali ini benar- benar berniat baik bukan Cuma mengumbar pepesan kosong. Dan segera, setelah menancapkan benderanya pt cpp merubah nama pt.Dipasena citra darmaja pada 12 juni 2007 menjadi pt Auna wijaya Sakti (AWS) yang seakan membawa harapan dan angin segar bagi mimpi mimpi kesejahteraan yang diidamkan ribuan karyawan dan petembak plasma. Tapi belum apa-apa pt cpp sudah ngajak ribut masalah perjanjian kerjasama (PKS) ,19 juli 2007 pt cpp ngotot menetapkan pks neptune buat aturan kemitraan yang ada.
Para petambak menolak karna sebelumnya mereka sudah mati-matian menyusun pks 2006 bersama jajaran pemerintah republik indonesia dan juga karna isi pks yang diajukan neptune mirip sekaligus sama dengan pola kemitraan rezim samsul nursalim yang membuat tiga nyawa anak bangsa melayang karna konflik horizontal tahun 2000. Setelah melalui proses perundingan yang sengit akhirnya pt cpp menerimapks 2006 dan merevisi beberapa bagian bersama-bersama dengan tim kelompok kerja plasma (POKJA) yang memakan waktu satu setengah bulan lebih. Dan akhirnya pada tanggal 17 desember 2007 disaksikan gubernur lampung, jajaran manajemen inti dan ribuan petambak plasma secara simbolis perjanjian kerja sama (PKS) antara perusahaan inti dan plasma ditanda tangani di bumi dipasena. Senyum kembali terukir disetiap bibir para petambak ,keceriaan anak-anak dipasena melihat alat-alat berat yang siap merenovasi tambak-tambak bapak mereka untuk sesaat sedikit membantu meredakan kesedihan tentang cerita 300 orang karyawan yang dipecat tak jelaskarna menuntut kesejahteraan pada awal september ditahun yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H