Payakumbuh Barolek Godang (Bagodang) usai sudah. Event untuk mengangkat adat dan budaya dari sepuluh kenagarian di Kota Payakumbuh itu telah mendapatkan animo yang besar dari masyarakat. Empat buah pentas yang disediakan panitia dikerumuni oleh pecinta pertunjukan adat seperti saluang, randai, tarian, sampai pertunjukan dari paguyuban perantau yang ada di Payakumbuh. "Alhamdulillah, animo masyarakat begitu luar biasa. Buktinya untuk prosesi adat dan makan bajamba saja, masyarakat Payakumbuh menyumbangkan lebih dari 70 dulang," ujar Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Payakumbuh (Disparpora), Elfriza Zaharman, Jumat (03/11).
Payakumbuh Bagodang sendiri sudah memasuki tahun ketiga. Namun Bagodang kali ini, Disparpora Payakumbuh langsung mendapatkan support dari Kementerian Pariwisata. Kehadiran Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya menjadi bukti apresiasi Kemenpar terhadap penyelenggaraan Payakumbuh Bagodang. Ia mengharapkan kegiatan seni, budaya, dan promosi Payakumbuh dapat terus dikembangkan.
Terkait dengan pariwisata Payakumbuh hari ini, Kadisparpora Elfriza Zaharman menyampaikan, sektor pariwisata di Payakumbuh telah menyumbang PAD 700-800 juta per tahun. Untuk meningkatkannya, Disparpora saat ini sedang membenahi sarana dan prasarana pariwisata. Diantaranya membuat panggung kesenian yang representatif dan menambah sarana pada destinasi wisata seperti Tugu Ratapan Ibu, Bendungan Talawi, dan sepanjang normalisasi Batang Agam. Selain objek wisata alam yang sudah ada dibenahi, potensi pariwisata baru juga dikembangkan. Ada kampung tenun di Balai Panjang dan kampung rendang yang menjual berbagai jenis rendang dan variannya. Tak lupa kegiatan-kegiatan pacu itiak dan pacu jawi dijadikan kalender tahunan dengan jadwal yang tetap.
Berbicara tentang kemajuan pariwisata secara umum, tentu tak hanya dinilai dari keberhasilan sebuah event. Kemajuan pariwisata suatu daerah perlu penilaian yang komprehensif. Salah satu indikator penilaian adalah tingginya jumlah pengunjung ke daerah itu. Jumlah pengunjung yang tinggi akan memicu pertumbuhan ekonomi, perputaran uang, dan lapangan pekerjaan.
Pelaku bisnis pariwisata Payakumbuh Rino Chandra mengatakan, saat ini Payakumbuh banyak dikunjungi lebih dominan karena faktor kuliner. Itupun masih terkendala masalah parkir. Sedangkan untuk destinasi wisata alam seperti Ngalau Indah, Rino menilai masih kurang kreativitas dan inovasi sehingga terkesan "mati gaya". Sarana dan prasarana pariwisata seharusnya dibangun dengan unik dan penuh sentuhan art. Namun begitu, Rino tetap optimis pariwisata Payakumbuh bisa berkembang secara bertahap. Apalagi dikelola dengan baik oleh orang yang memiliki keahlian di sektor itu. Rino sendiri tertarik dengan ide Walikota Payakumbuh Riza Falepi tentang perlunya bandara dan hotel berbintang sebagai infrastruktur penunjang pariwisata. "Semoga bisa segera direalisasikan," ujarnya.
Wakil Walikota Payakumbuh, Erwin Yunaz ketika ditemui di rumah dinasnya Sabtu (04/11) mengakui pengelolaan pariwisata di Payakumbuh memang masih belum memenuhi standar. Untuk itu ia bersama dinas terkait akan membuat standar yang jelas dan baku untuk mengelola aset-aset pariwisata. Erwin merasakan, selama ia mengunjungi beberapa tempat wisata untuk observasi langsung, ia menemukan perlakuan yang berbeda pada daerah-daerah yang sudah terkelola pariwisatanya dengan baik.
Alam Payakumbuh yang indah harus disadari sebagai potensi besar untuk menambah income. Untuk itu harus dimulai secara bertahap sistem pengelolaannya. Dimulai dari mengorganisir dan mendata kembali objek-objek wisata, memberikan standar pelayanan, melatih SDM pengelola wisata, serta promosi.
Menurut Erwin antara pengelolaan dan promosi harus berjalan simultan. "Ketika kita sudah promosi, namun tidak kita kelola dengan baik, itu malah jadi buruk. Permasalahan utama pariwisata kita adalah pengelolaan yang belum serius saja. Kita banyak sumber daya, hanya saja mereka tidak punyaguidance untuk melakukan apa dan bagaimana," ujar Erwin yang juga termasuk pendiri Sekolah Tinggi Pariwisata di Payakumbuh.
Erwin bahkan mewacanakan agar Payakumbuh dijadikan Kota Rendang (City of Rendang) sebagai upaya rebranding city. Payakumbuh sangat layak dijadikan Kota Rendang karena daerahnya yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Kelapa yang dihasilkan Payakumbuh sangat cocok untuk produksi rendang. Untuk menunjang kualitas dan promosi produk rendang, juga didirikan School of Rendang bekerja sama dengan investor.
Pariwisata zaman now tentu membutuhkan promosi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi informasi. Dibutuhkan keahlian digital marketing yang mumpuni sehingga bisa membuat visual yang eye cacthing dan menarik. Selain itu promosi harus mendayagunakan berbagai jenis media digital sampai media sosial. Pola-pola lama dalam pengelolaan dan promosi, tidak akan mempan untuk mendongkrak pertumbuhan sektor pariwisata Payakumbuh zaman now.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H