Sejak ojek online menjamur, saya jarang sekali menggunakan bus umum. Saya sudah cukup terpuaskan dengan jasa angkutan ojek online yang ada. Tetapi  karena saya pindah pekerjaan ke kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat,  mau tidak mau saya harus mengubah moda transportasi yang akan saya gunakan menuju kantor dan pulang ke tempat tinggal saya di sekitaran Radio dalam, Jakarta Selatan.
Di awal saya mulai bekerja di kawasan Kebon Sirih tersebut, saya masih menggunakan jasa ojek online, tetapi karena setelah saya hitung-hitung ongkosnya cukup lumayan untuk rute Radio Dalam -- Kebon Sirih dan sebaliknya, apalagi pada jam-jam sibuk, maka saya harus memutar otak untuk lebih hemat dan cepat sampai ke kantor dan ke tempat tinggal saya dengan menggunakan transportasi alternative selain ojek online.
Pilihan saya langsung tertuju kepada bus besar warna biru, APTB(Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta) jurusan Ciputat -- Tosari. Hari pertama saya coba naik bus tersebut, Â saya masih bingung dan keliru, saya main stop saja di sembarang tempat dan mendapatkan informasi dari petugas bus APTB bahwa bus ini tidak bisa di stop atau berhenti di sembarang tempat, hanya boleh berhenti di tempat-tempat yang bertanda khusus untuk pemberhentian bus ini. Dari petugas bus itu juga saya mendapatkan aplikasi TRAFI untuk mengetahui keadaan dan lokasi bus-bus yang sedang berjalan sehingga saya bisa tahu kapan kira-kira saya harus mulai menunggu bus tersebut jadi tidak perlu menunggu lama. OK terima kasih Mas petugas bus APTB Ciputat -- Tosari, informasi yang sangat membantu sekali.
Dari kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan saya naik bus APTB Ciputat -- Tosari, kalau pagi hari disaat jam-jam keberangkatan pekerja, kondisi bus penuh, apalagi kalau hari senin pagi, biasanya sangat penuh. Saya pernah mengalami kejadian pada saat hari senin pagi, tiga bus APTB Ciputat -- Tosari lewat dengan kondisi sangat penuh dan tidak memungkinkan untuk ditambah penumpang/sewa lagi, baru bus ke empat saya bisa masuk dengan kondisi berdesak-desakan dan waktu semakin siang, alhasil telat lah saya sampai kantor.
Dari Radio Dalam, biasanya saya akan turun di halte bus way Masjid Agung Al Azhar untuk berganti bus Trans Jakarta menuju Harmoni  atau ke arah  Kota. Kondisi halte bus way Masjid Agung Al Azhar yang sempit juga cukup menyulitkan penumpang yang mau turun dari bus APTB tersebut. Karena di halte tersebut tidak dipisahkan pintu penurunan penumpang dan pintu untuk menaikan penumpang. Â
Dari halte busway Masjid Agung Al Azhar saya naik Trans Jakarta dan turun di halte Bank Indonesia. Biasanya dari halte busway Masjid Agung kondisi bus lumayan kosong sehingga saya dapat tempat duduk atau pun kalau tidak dapat, saya masih bisa berdiri lega tanpa himpit-himpitan dengan penumpang lain.
Perjalanan pulang, di saat jam-jam sibuk, kondisi bus APTB kembali penuh dan biasanya kita harus menunggu cukup lama. Apalagi kalau kita naik dari halte Tosari, pasti penumpang ramai dan berdesak-desakan untuk dapat masuk ke dalam bus. Karena halte Tosari juga sempit maka biasanya saya akan menunggu bus APTB tersebut dari halte yang cukup besar, seperti halte Dukuh Atas 1, halte Setiabudi, halte Polda atau halte Bundaran Senayan (Ratu Plaza).
Pengalaman saya sepanjang perjalanan menggunakan bus APTB Ciputat -- Tosari cukup membantu menghemat waktu dan ongkos transport saya. Pulang pergi ke kantor Kebon Sirih -- Radio Dalam cukup dengan uang Rp.7000,- per hari, lumayan murah dan hemat.
Hanya kondisi bus yang penuh sesak yang terkadang agak menganggu, dan penumpang masuk bila di luar halte busway hanya bisa lewat pintu depan. Padahal bagian depan dalam bus dikhususkan untuk penumpang wanita, sehingga kalau kita naik dan kondisi sedang penuh kita harus melewati mba-mba dan ibu-ibu yang sudah terlebih dahulu ada di dalam bus,kita lewat dengan kondisi badan miring biar tidak terlalu mengganggu atau menyenggol mba-mba dan ibu-ibu tersebut. Permisi....mohon maaf....numpang lewat...itu kata-kata yang selalu saya ucapkan bila melawati mba-mba dan ibu-ibu tersebut.
Melihat kondisi tersebut, alangkah lebih baiknya kalau pintu belakang bus juga dibuka untuk menaikan penumpang. Sehingga kita tidak perlu berdesak-desakan untuk naik. Di dalam bus juga terlihat kalau bagaian belakang biasanya masih longgar karena penumpang enggan bergeser ke belakang  untuk memberikan tempat ke penumpang lain dengan alasan kalau dia mau turun akan repot karena berada di belakang.
Jarak perjalanan antar bus di saat jam-jam sibuk juga kalau bisa dipercepat, sehingga penumpang tidak perlu menunggu lama dan berebutan berdesakan untuk naik bus. Hanya di jam-jam sibuk saja  jaraknya dipercepat.