Dalam beberapa tahun terakhir, angka pernikahan di Indonesia semakin menurun yang menarik perhatian banyak kalangan, mulai dari akademisi hingga pembuat kebijakan. Di banyak negara, baik berkembang maupun maju, semakin sedikit pasangan yang memilih untuk menikah.
"Berdasarkan data dari BPS menjelaskan bahwa jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255. Dibandingkan dengan tahun 2022, angka tersebut turun sebanyak 128.000. Sedangkan angka pernikahan Indonesia dalam satu dekade terakhir turun sebanyak 28,63 persen." (Angka Pernikahan di Indonesia Menurun, Ini Penjelasan Pakar -- detikJatim)
Fenomena ini menimbulkan berbagai dampak sosial yang kompleks dan memunculkan pertanyaan besar: "apa yang sebenarnya terjadi?"
Adanya penurunan angka pernikahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
- Perubahan Nilai dan Prioritas
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan angka pernikahan adalah perubahan nilai dan prioritas dalam masyarakat. "Pergeseran pola pikir masyatakat untuk memperbaiki kualitas hidup, terutama dari segi pendidikan dan status ekonomi berkaitan dengan penurunan angka perkawinan." (Jurnal Registratie 4 (2), November 2022: 87-98). Generasi muda saat ini sering kali menempatkan pendidikan dan karir sebagai prioritas utama. Mereka lebih cenderung menunda pernikahan untuk mengejar gelar akademis dan mencapai stabilitas finansial. Kemandirian finansial dan pencapaian pribadi menjadi lebih penting, sehingga komitmen pernikahan sering kali dianggap sebagai sesuatu yang dapat ditunda atau bahkan dihindari.
- Dampak Ekonomi
Aspek ekonomi juga memainkan peran penting. Menurut (Menurunnya Angka Pernikahan di Indonesia: Faktor dan Dampaknya -- kompasiana.com) "Biaya pernikahan yang semakin meningkat membuat banyak pasangan lebih memilih untuk menunda pernikahan atau bahkan tidak menikah sama sekali." Biaya hidup yang semakin tinggi, ketidakstabilan pekerjaan, dan tekanan finansial membuat banyak orang ragu untuk menikah. Selain itu, biaya pernikahan yang mahal di banyak budaya juga menjadi penghalang. Pasangan mungkin lebih memilih untuk hidup bersama tanpa ikatan pernikahan formal untuk menghindari beban finansial yang datang dengan pesta pernikahan dan kewajiban lainnya.
- Individualisme dan Kemandirian
Budaya individualisme yang semakin menguat juga berkontribusi terhadap penurunan angka pernikahan. "Keinginan untuk menjalani kehidupan pribadi secara bebas" (Jurnal Registratie 4 (2), November 2022z; 87-98). Mereka mungkin merasa bahwa pernikahan dapat mengancam kebebasan tersebut. Hidup sendiri atau bersama tanpa menikah memberikan mereka fleksibilitas lebih besar dalam menjalani hidup sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Dampak Sosial dari Penurunan Angka Pernikahan
Penurunan angka pernikahan membawa berbagai dampak sosial yang signifikan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Isolasi Sosial: Pernikahan sering kali menjadi sumber dukungan emosional dan sosial yang penting. Dengan menurunnya angka pernikahan, risiko isolasi sosial dan kesepian meningkat, terutama di kalangan lanjut usia. Tanpa pasangan hidup, banyak orang mungkin merasa lebih kesepian dan kurang mendapat dukungan sosial yang memadai.
- Dampak pada Angka Kelahiran: Penurunan angka pernikahan juga berpengaruh pada angka kelahiran. Banyak pasangan yang tidak menikah cenderung menunda atau bahkan menghindari memiliki anak. Ini dapat berdampak pada demografi negara, dengan potensi krisis populasi di masa depan.
- Perubahan Ekonomi: Penurunan angka pernikahan juga berdampak pada ekonomi. Rumah tangga yang didirikan oleh pasangan menikah sering kali memiliki stabilitas finansial yang lebih baik dan berkontribusi lebih besar pada perekonomian. Dengan semakin sedikitnya pasangan yang menikah, kontribusi ekonomi dari rumah tangga juga menurun.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi dampak sosial dari penurunan angka pernikahan, dibutuhkan pendekatan yang komprehensif dan beragam. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pernikahan dan kehidupan keluarga. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Dukungan Ekonomi: Memberikan insentif finansial bagi pasangan yang menikah dan memiliki anak, seperti subsidi perumahan dan pendidikan, dapat membantu mengurangi beban ekonomi yang menjadi penghalang bagi pernikahan.
- Pendidikan dan Penyuluhan: Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pernikahan dan keluarga melalui program pendidikan dan penyuluhan dapat membantu mengubah pandangan negatif terhadap pernikahan.
- Kebijakan Fleksibel Kerja: Mendorong kebijakan kerja yang fleksibel dan mendukung keseimbangan kehidupan kerja dapat membantu pasangan untuk mengatur waktu antara karir dan keluarga dengan lebih baik.