Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Yang Bergelar Belum Tentu Terpelajar

24 Maret 2012   11:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 2283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332600363474755576

[caption id="attachment_178073" align="aligncenter" width="432" caption="admin/ilustrasi (shutterstock)"][/caption]

Mencermati situasi akhir-akhir ini, mengusik kenyamanan saya. Bukan hanya terkait berita debat soal korupsi, “pertengkaran” antara Hotman dan Ruhut, “sengketa” Jupe dan DP, rencana kenaikan harga BBM dan terhangat soal pilgub DKI, tapi juga sempat terusik oleh “debat” di Kompasiana.

Makin banyak orang-orang berpendidikan saling mencela. Menuding satu terhadap lainnya sebagai “orang tak berpendidikan”.

Sempat berandai-andai, “bagaimana ya rasanya bila saya disebut “tidak berpendidikan”?

Saya pejamkan mata, membayangkan diri sedang berdebat yang makin lama makin panas. Lawan debat saya berdiri, menunjuk muka saya dan berkata “ kamu seperti orang tak berpendidikan saja!”

Oh, my God! Ternyata, saya tersinggung, meski bisa berpura-pura tidak tersinggung. Sungguh tak nyaman.

Saya mengadakan “pencarian”. Mencari tahu mengapa saya marah ketika ada yang berani menyebut saya “tak berpendidikan”? Saya tidak terima disebut demikian. Sebab, saya berijazah dan bergelar.

Akhirnya, ketemu juga jawabnya.

Ternyata, ketika orang berani menyebut saya “tidak berpendidikan”, sebenarnya yang ingin mereka katakan adalah “perilaku saya tidak menunjukkan perilaku orang yang pernah belajar tentang pendidikan”.

Tutur kata, bicara, tingkah dan perilaku saya, pasti tidaklah indah. Saya pasti sudah jauh dari tata krama, jauh dari kesantunan, jauh dari mengerti tentang bagaimana hidup dan kehidupan seharusnya berjalan. Saya pasti sudah mengabaikan keluhuran budi pekerti. Ternyata, untuk menyebut “tidak berpendidikan”, mereka tidak memerlukan ijazah dan gelar saya.

Selama ini saya telah jauh keliru. Mengira bahwa pendidikan adalah soal ijazah dan gelar. Saya terlalu sempit memaknai apa itu pendidikan. Pantas saya marah jika saya disebut sebagai tidak berpendidikan, sementara saya mengantongi banyak ijazah dan gelar.

Dalam “pencarian”, saya menemukan pelajaran menarik tentang pendidikan dan orang-orang terdidik/terpelajar.

Ternyata, pendidikan itu, BUKAN tentang sertifikat, ijazah atau gelar. Pendidikan adalah tentang bagaimana seseorang berkehidupan. Pendidikan bukan indoktrinasi, sebatas memberitahukan “Ini loh (gagasanku) yang (paling) benar!” .

Pendidikan adalah membuka mind/pikiran, menstimulasi, membangkitkan, mendukung pencarian kebenaran. Pendidikan adalah mengembangkan pikiran dengan memperhatikan ragam gagasan (diri/orang lain). Pendidikan itu, menghargai perbedaan pandang.

Education is about learning, not teaching. Pendidikan adalah tentang pembelajaran, BUKAN pengajaran. Jika pendidikan adalah pembelajaran, maka itu adalah proses yang berkembang.

Education should produce (well) Educated people.

Dengan demikian, pendidikan (baik formal maupun non formal) mestinya melahirkan orang-orang terdidik/terpelajar. Pendidikan bisa berlangsung di dalam atau di luar gedung sekolah/kampus.

Sekarang saya mengerti mengapa para Professor itu selalu menekankan kata “terpelajar”, dalam setiap sidang (Ujian) Terbuka calon doktor.

Dalam Sidang, sebelum bertanya, para Professor selalu mengucapkan “Saudara Promovendus/Promovenda yang “terpelajar”, bukan “Saudara Promovendus/Promovenda yang berpendidikan.”

Saya menangkap bahwa itu adalah “warning” para guru besar terhadap keadaan di luar institusi, di dalam University of Life. Sehingga, kepada sang promovendus/a, tak bosan-bosan selalu diucap kalimat, “Saudara Promovendus/Promovenda yang terpelajar”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun