Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Universitas" Terbaru:Universitas ASLI Indonesia

11 September 2012   02:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini adalah Universitas Asli Indonesia. Tandingan dari Universitas (yang katanya) Indonesia. Ini hanyalah Universitas Maya. Universitas angan-angan. Sudah angan, maya pula! Parah! Hehehe...

Universitas ASLI Indonesia disingkat UNI-ASIN. Baru di-launching. Saya sendiri Rektrisnya (Rektor yang Direktris. PD Abis!). Didirikan di sebuah negeri bebas. NEGERI Kompasiana.

Mungkin ini dianggap dhagelan (lawakan). Biar sajalah, wong orang-orang itu ya pada Ndhagel, sah-sah saja kok.

UNI-ASIN adalah produk kegelisahan, ‘berkawin’ dengan kebingungan. Produk dari lebih dari 30 tahun berkecimpung di dunia pendidikan plus 20 tahun duduk di bangku sekolahan.

Pendidikan itu menarik! Sebab pendidikan nyatanya, bisa untuk menyalah-nyalahkan. Menyalahkan kurikulum, menyalahkan menteri atau pemerintah! Issue paling gress adalah mengkaji dan memperbaharui kurikulum.

Bila bicara pendidikan, semua pejabat dan semua pakar bertujuan mulia. Jika demikian, mengapa bisa saling menyalahkan dan tidak ketemu juntrungannya? Padahal sama-sama terdidik (katanya). Dan saya, yang pelanduk mau nganut siapa?

Ahh...Mengikuti kemuliaan tujuan para pintar, memang tidak mudah. Makanya, “ngumpet” di Kompasiana saja...

Mau hadap Menteri? Siapalah saya ini? Palingan, si pak Menteri bilang, “sopo kowe ndhuk?, opo prestasi canggih-mu?” (canggih-dirancang gawe wong sugih-konon di Jawa, terjemahannya begitu...)

Mau hadap pak Ditjen?

Hmm.. Saya tak punya karya ilmiah yang membanggakan. Tak pernah publikasi karya ilmiah yang tembus jurnal internasional. Saya bahkan tak pernah mengerti, mengapa harus perlu pengakuan internasional untuk berbuat baik bagi bangsa saya sendiri. Itu sungguh tidak terjangkau oleh kepala bodoh saya yang “ndesani” ini.

Saya tidak sanggup menginternasional. Jangankan internasional, yang nasional, daerah, kabupaten, kecamatan, kelurahan, desa dan dusun saja tidak mampu saya membantunya menyelesaikan persoalan mereka. Duh.., ndak mudheng saya...swear! Itulah sebabnya langkah saya hanya pada taraf “mimpi” untuk menginternasional.

Eh kok jadi nggerundel...yaa...ketularan kang BH, ngelantuur...

Kembali ke UNI-ASIN. Ia punya beberapa jurusan: pertanian, kedokteran, pertambangan, hukum, pemerintahan, ekonomi, manajemen, akuntansi, informatika, dan teknik macam-macam (kecuali teknik apus-apus/tipu-tipu)

Sekali lagi! Universitas Asli Indonesia, BUKAN Universitas Indonesia-Amerika loh! BUKAN Universitas Indonesia-Australia, juga BUKAN Universitas Indonesia-Arab, atau lainnya... Ini asli Indonesia. Berlandaskan Pancasila (tidak bisa ditawar-tawar) dan mencintai NKRI (pun tidak bisa ditawar-tawar).

Adakah kurikulumnya? Ada! Sedang disempurnakan! Mungkin terkesan lugu dan bahkan lucu. Tidak apa-apa, namanya juga kampus angan-angan. Kampus ipok-ipokan/impen-impen.*

Di kampus ini ndak muluk-muluk. Semua berangkat dari dusun, dari desa, dari kecamatan, dari daerah asli Indonesia. Dari potensi yang ada di sana. Berangkat dari persoalan-persoalan yang ada di dusun, di desa, di kecamatan dan di daerah.

Maaf, belum perlu jurusan politik. Politik yang harusnya adalah kebijakan, sudah lama berubah makna menjadi kekuasaan. Kekuasaan itu tak baik. Kekuasaan hanya akan mendidik manusia “menjadi Tuhan-Tuhanan”, mendidik manusia menguasai milik Gusti Allah dan penyebab penderitaan bangsa-bangsa. Maka pelajaran ingin menguasai, sengaja tidak diberikan di kampus Universitas Indonesia Asli.

Kampus ini mempunyai target-target kecerdasan bagi mahasiswa dan alumninya. Inilah cerita saya tentang target kecerdasan yang akan diperoleh oleh mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia Asli. Bukan hanya kecerdasan intelektualita, namun juga emosional dan spiritual.


  1. Pada tahun pertama, seluruh kecerdasan mahasiswa digerakkan. KKN (Kuliah Kerja Nyata), dilaksanakan pada semester awal, bukan akhir perkuliahan. Inilah beda UNI-ASIN dengan yang lain! Tidak peduli apapun jurusannya. Apakah itu Pertanian, Kedokteran , Pertambangan, Hukum, Pemerintahan, Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, Informatika dan Teknik Macam-macam (kecuali teknik apus-apus/tipu-tipu). Seluruh mahasiswa, baik yang kaya yang gemar konsumsi gadget baru, maupun yang hapenya jadul, harus “bergerak” ke seluruh Indonesia raya. Rasanya ini tidak sulit. Sebab UNI-ASIN, dibangun menyebar di setiap daerah, di seluruh Indonesia.
  2. Pekerjaan mahasiswa selama semester I dan II adalah, melihat dengan mata dan kepala sendiri, kemudian mencatat. Melihat dan mencatat apa? Melihat dan mencatat : berapa jumlah saudaranya yang masih miskin/tergolong miskin, berapa yang menganggur, berapa yang dipenjara, berapa yang tidak sekolah,berapa yang sakit, lalu MENANYAKAN dan mencatat sebab-sebab mengapa mereka sampai bisa miskin, mengapa bisa sampai menganggur, mengapa masuk penjara, mengapa tidak sekolah dan mengapa sakit.

  3. Target akhir tahun pertama, tiap mahasiswa (tidak peduli apapun jurusannya) harus mempunyai MAKALAH akurat, tentang jumlah penduduk miskin, jumlah yang masih menganggur, jumlah yang masuk penjara, jumlah yang tidak sekolah dan jumlah yang sakit. LENGKAP dengan sebab-sebabnya.
  4. Makalah digandakan dua copy. Satu dipegang mahasiswa, satu copy masuk Laboratorium Besar Universitas Asli Indonesia.
  5. Makalah yang dipegang mahasiswa, merupakan syarat untuk mereka melanjutkan ke tahun ke dua. Makalah yang dipegang Kepala Laborat, untuk diolah dan dianalisis, guna melangkah pada tahap berikutnya.
  6. Sementara mahasiswa mengisi KRS untuk mendaftar masuk semester 3. Di kampus, ada kegiatan menarik. Rektor dan pimpinan Laborat mengundang seluruh dosen, menteri pendidikan, Ditjen Dikti, menteri ekonomi, menteri kesehatan dan 10 orang kaya yang dermawan dan bersedia kerja ikhlas. Bukan untuk diskusi, tetapi untuk sesuatu acara yang tidak umum. Judul undangannya adalah “TIGA MALAM TIRAKATAN”.
  7. Pada TIGA MALAM TIRAKATAN, setiap bibir diistirahatkan dari nafsu berbicara. Yang boleh digunakan adalah pikiran, hati, rasa dan telinga, serta angan-angan. Semua undangan fokus kepada DIAM dan MEMBACA SAJA. MEMBACA MAKALAH HASIL PENELITIAN ANAK-ANAK (baca: Mahasiswa semester 2).
  8. Diam, membaca, merenung, berpikir dan menggarisbawahi hal-hal yang penting, yang urgen dan yang penting & urgen. Tidak diperkenankan berisik dan bertanya kepada sebelahnya. BELUM SAATNYA PERLU BICARA.

Lepas 3 hari, semua undangan boleh pulang. Mereka boleh berbuat apa saja sesuai kapabilitas yang dimiliki. Sementara itu, kampus, kembali meneruskan kegiatannya di tahun ke dua.

Nah! Tahun ke dua, setiap mahasiswa digali kecerdasannya. Lebih dalam lagi! Apa yang mereka pikirkan dan apa yang menjadi gagasan mereka atas makalah yang sudah dibuat pada tahun sebelumnya.

Itulah sebabnya MAKALAH tahun pertama harus menjadi pegangan untuk lanjut studi di tahun ke dua. Makalah tidak boleh hilang! Harus jadi pegangan hingga sarjana!

Pada tahun ke dua, yang jurusan pertanian, diminta meneliti dan menulis tentang apa yang bisa mereka lakukan sehubungan dengan sekian jumlah penduduk yang masih miskin, masih pengangguran, terpenjara, tidak sekolah, dan sakit.

Lalu, yang jurusan Pertambangan? Sama! Mereka juga diminta meneliti dan menulis tentang apa yang mereka pikirkan dan apa yang bisa mereka lakukan dengan sejumlah bangsanya yang masih miskin, masih pengangguran, terpenjara, tidak sekolah, dan sakit. Loh, kan ngga ada hubungannya tambang dengan penduduk miskin ?

Itulah gunanya dosen! Membimbing mahasiswa, menemukan celah keterhubungan antar fenomena, yang belum bisa dilihat oleh mahasiswa. Memberitahu mahasiswa untuk melihat/meneliti, apakah pernah ada tambang-tambang di situ, sekarang sisa berapa dan kemana hilangnya. Adakah hilangnya harta karun mereka itu penyebab kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, terpenjara dan kesakitan?

Disinilah LETAK KEMITRAAN YANG SEHAT, antara mahasiswa dan dosen. Bekerja bersama menemukan alternatif-alternatif solusi bagi persoalan bangsa.

DUH... Iya kalau didukung/difasilitasi oleh pemerintah untuk pekerjaan besar itu, kalau tidak? Bukankah sudah banyak para ahli berbusa-busa mengemukakan gagasanny?

Ya diundang lagi, TIRAKATAN LAGI! Saat itu, kita bisa bertanya, “apa yang membuat para pejabat RAGU-RAGU memercayai informasi anak muda generasi bangsa, yang jelas-jelas asli ke Indonesiaannya”. KITA DENGARKAN ALASAN MEREKA.

Saat itulah, TERJADI KEMITRAAN YANG SEHAT antara kampus dengan penyelenggara negara. Steril tidak ada campur tangan kekuasaan. Adakan TIRAKATAN/diskusi di kampus saja! Tak usah datang ke “ISTANA”. Sesekali, dunia perlu dibalik! Pejabat/penyelenggara yang pulang kampus.

PULANG KAMPUS, memang perlu sedikit merendahkan diri. Itulah mengapa sulit dilakukan bagi banyak pejabat. Tanpa UNDANGAN SEMINAR/menjadi pemateri seminar, sepertinya pejabat pada SUNGKAN injak tanah kampus. Padahal hampir semua pejabat pernah kuliah.

Oh, ya! Target kesarjanaan UNI-ASIN adalah, ketika mencapai gelar kesarjanaan, para sarjana ini sudah mengerti apa yang harus dilakukan buat dirinya, juga buat negeri dan bangsanya. Sebab sejak semester satu, mereka sudah diajarkan kepekaan dan pengertian akan persoalan-persoalan bangsanya. Tidak boleh lepas apa yang sudah dihasilkan pada tahun pertama, harus ditindaklanjuti pada tahun berikutnya. Demikian seterusnya. Hingga tuntas pesoalan.

Ketika seribu sarjana diwisuda. Laboratorium Besar UNI-ASIN, telah memiliki data hebat tentang kekayaan dan persoalan bangsa ini, lengkap dengan alternatif solusinya. Maka ingin membangun Indonesia sebelah mana? Laboratorium Besar UNI-ASIN, siap memberikan informasi akurat.

Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah SWT. Terima kasih semua pejabat dan para pintar yang menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya! Maaf sudah berusaha dipotong, tapi tak mampu. Jadi kepanjangan nih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun