Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Cinta Saya untuk Mahasiswa

29 April 2012   00:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dear Mahasiswa,

Saya yakin ini menarik. Meskipun saya tayang dengan penuh risiko. Mungkin akan timbul sinisme. Sebab yang saya tulis, sesuatu yang tidak biasa. Bisa jadi (dianggap) “ngawur”, tidak mengerti tempat dan tidak mengerti batas-batas bagaimana seharusnya bicara dengan mahasiswa.

Sebagian pembaca, menilai bahwa tindakan saya ini bakal membuat mahasiswa (makin) “ngelamak” (ngelunjak). Sebagian lainnya berpendapat, menulis ini akan mengacaukan apa yang selama ini diterapkan di kampus-kampus. Semoga tidak. Kita berdoa saja bersama-sama. Amin.

Bismillah…,

Ytc. Mahasiswa,

Ini rahasia perjalanan saya selama “berguru”. Saya mungkin adalah sosok “paling aneh” yang tersesat diantara diantara ribuan atau bahkan puluhan ribu intelektual kampus.

Jika ada yang tidak pernah memberi nilai C (cukup), itu adalah saya orangnya. Tak peduli sebandel apapun Anda. Saya tahu bahwa bagi banyak kawan seprofesi, “kelakuan” saya ini dinilai sebagai tindakan bodoh dan melanggar aturan-aturan penilaian. Namun saya bergeming. Saya selalu melakukan apa yang nurani saya bilang benar. Dan tak ada yang boleh menggugat hak-hak saya dalam memberikan “nilai baik” untuk Anda.

Saya tetap pada pendirian saya bahwa saya harus membalas kebaikan Anda dengan sesuatu yang pantas Anda terima. Bagi saya, mahasiswa itu layak mendapat “nilai BAIK”. Mengapa? Saya ingin menjelaskan lebih jauh.

Bacalah surat ini dengan konsentrasi dan sepenuh hati. Sehingga kelak jika sudah “menjadi orang”, Anda dapat menjaga kemuliaan sifat-sifat Anda, yang begitu sangat saya kagumi…

Ytc. Mahasiswa,

Mengapa saya selalu ingin memberikan “nilai baik” kepada Anda? Sebab saya mencintai, mengasihi dan menghormati Anda, bukan hanya karena Anda adalah mahasiswa (yang orang menyebut sebagai anak-anak saya), namun sungguh jauh lebih dalam dari itu.

Mahasiswa adalah guru-guru saya yang paling mulia hatinya. Di mata saya, Anda adalah sosok yang dianugerahi keikhlasan yang tinggi. Anda tak pernah menghitung kemuliaan yang Anda punya. Anda bahkan tidak pernah mengerti kemuliaan apa yang dapat saya pelajari dari Anda.

Anda adalah “pecinta” tanpa syarat. Anda mengajari saya banyak hal, tentang bagaimana saya harus terus menerus memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri saya.

Rajinnya Anda membuat saya tersenyum, bolosnya Anda membuat saya “bercermin” Absennya Anda, membuat saya memeriksa rasa kepedulian saya.

Kesabaran, kebaikan hati, keluhuran budi, keinginan untuk terus belajar, ketekunan, kesantunan, kebahagiaan, tawa, senyum, berisik, ramai, kegigihan, pengorbanan dan banyak hal tentang kebaikan-kebaikan, Anda ajarkan kepada saya tanpa syarat. Ya! Tanpa syarat.

Sungguh, Anda bahkan dengan rela “direndahkan” oleh saya, secara status. Saya Dosen dan Anda hanyalah Mahasiswa.

Anda begitu “menghamba” kepada saya, namun demi Tuhan, tanpa Anda sadari, Anda berkorban begitu besar dalam waktu yang bersamaan.

Anda “membayar” mahal saya. Dengan uang, dengan tenaga, waktu, pikiran dan dengan perasaan tidak bahagia saat saya “menghukum” Anda, hanya karena sedikit saja “nakal”. Saya menghukum Anda hanya karena Anda tidak memuaskan keinginan saya, tidak mau menurut apa kata saya.

Dan saya baru tersadar, betapa tingginya keikhlasan Anda dalam berjalan di muka bumi ketika Anda memerankan status sebagai mahasiswa. Anda bahkan mendeklarasi bahwa Anda hanyalah seorang murid padahal yang sesungguhnya terjadi adalah “kebalikannya”. Anda adalah “guru sejati” yang mendewasakan saya.

Sungguh, saya malu kepada Anda ketika saya mengerti bahwa Anda tak pantas berguru kepada saya yang tidak tahu diri.

Anda memaafkan saya dalam berbagai keadaan dan atas segala kelakuan yang saya lakukan. Tak pernah sekalipun Anda menghukum saya. Anda memperlakukan saya dengan begitu hormatnya. Untuk itulah saya terus menerus berdoa agar Anda dimuliakan hidupnya oleh Allah, dunia akhirat.

Ketika tersadar bahwa Anda adalah guru-guru sejati yang dikirim Tuhan untuk saya, saya hanya mampu berlinang. Menyesali kelakuan-kelakuan saya yang tidak pantas saya tujukan kepada Anda, para guru sejati saya, yang sungguh ikhlas mengajarkan saya bagaimana menjadi manusia mulia.

Guru-guru sejati saya,

Tetaplah mulia dalam berjalan, duduk dan berdiri. Dalam membaca dan menulis. Dalam belajar dan mengajar. Dalam diam dan berkata-kata. Dalam suka dan sedih. Dalam gelap dan terang. Dalam ramai dan sepi. Dalam jauh dan dekat. Dalam tertawa dan menangis. Tetaplah mulia dan memegang teguh kehormatan dan penghormatan.

Terima kasih telah bersabar mengajari kami, murid-murid yang tidak pernah mengerti bagaimana cara menghargai guru. Tetaplah ikhlas dalam berjalan menggapai keinginan yang baik-baik saja. Semoga Allah senantiasa memuliakan Anda dalam kehidupan, sekarang dan juga nanti. Amin.

Terima kasih telah membaca ,

Salam bahagia penuh karya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun