Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mendamba Anugerah ? Inilah Jawabannya…

2 Oktober 2011   13:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup penuh anugerah adalah dambaan setiap manusia. Sayangnya tidak setiap kita mengerti bahwa anugerah itu membutuhkan ruang. Sering kita meminta anugerahNya tanpa sadar bahwa seluruh ruang yang ada telah penuh terisi kelimpahan.

Biarlah saya bertanya kepada anda. Pernahkan anda memberikan hadiah kepada orang yang anda kasihi? Seperti, orang tua, pasangan, kekasih, pacar, kawan, karib, kerabat, ataupun anak-anak? Pasti pernah !

Ketika anda telah siap memberikan hadiah, namun orang yang anda damba-damba mau menerima hadiah anda,  kedua belah tangannya, sedang (sibuk) memegang sesuatu yang lain, apa yang akan anda lakukan?

Apakah anda akan menaruh hadiah itu di lantai? Apakah anda akan meletakkan hadiah itu di kepalanya, ataukah anda akan menunggu hingga dia bersedia meletakkan sesuatu yang sedang dipegangnya dan kedua tangannya siap menerima hadiah dari anda?

Tentu saja anda akan menunggu dia meletakkan sesuatu yang ada di tangannya terlebih dahulu, lalu siap menerima hadiah anda, bukan? Begitulah analog cara Tuhan memberikan anugerahNYA kepada kita.

Tuhan akan memberikan “hadiah”, jika kedua belah tangan kita siap menerimanya. Artinya, tidak ada sesuatu apapun yang sedang kita genggam. Tangan kita tidak sedang menggenggam dan mempertahankan sesuatu. Itulah esensi dari menerima perlu memberi. Menerima perlu mengorbankan. Anugerah perlu pelepasan.

Galon pada dispenser kita haruslah lebih dulu kosong, untuk ruang air yang baru. Uang yang akan masuk ke dompet anda juga butuh ruang, maka berikan ruang yang cukup. Barang-barang yang usang dan tak lagi kita perlukan, hendaknya kita keluarkan dari lemari. Anugerah baru butuh ruang yang cukup. Untuk hadirnya anugerah baru, bukan hanya dibutuhkan kesediaan untuk melepas, tetapi juga kesiapan untuk menerima. Kesediaan untuk melepaskan itu butuh jiwa besar. Pelepasan bukan hanya perlu, tetapi juga penting.

Pelepasan tidak jarang terasa “sakit”, persis prosesi perempuan yang sedang berjuang melahirkan. Ia kesakitan dan bahkan berdarah-darah. Tetapi sesaat setelah itu, bayi baru yang luar biasa hadir sebagai anugerah terindah dalam hidupnya.

Maka kepada yang hari ini sedang kehilangan harta, benda, maupun sedang kehilangan seseorang yang dikasihi, janganlah bersedih. Sebab itu tanda-tanda akan hadir anugerah baru. Inilah yang orang sebut sebagai HIKMAH itu. Maka siapkan kedua belah tangan, siapkan ruang-ruang untuk itu.

Jika itu tidak kita lakukan, Tuhan akan menunggu, sampai kita betul-betul siap dengan tangan yang santun untuk menerima anugerahNYA. Tuhan akan menunggu sampai kita betul-betul tak nampak serakah di MataNya.

Salam bahagia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun