Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ide Gila “BBM Ala Kantin Kejujuran”

26 Maret 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak perlu ikut tegang soal BBM. Ini hanya ide gila-gilaan saja. Tak usah diambil hati. Tak usah pula jadi polemic. Saya hanya terispirasi dari sekolah yang sudah lama menerapkan Kantin Kejujuran. Mereka berhasil mendidik siswa untuk menjadi manusia jujur. Setahun lalu pernah diwawancara Metro TV.

Di Kantin Kejujuran, tak perlu diawasi. Siswa mengambil makan/minum yang disuka, lalu membayar sesuai harga yang tertera. Ketika ibu kantin tak ada, transaksi tetap bisa berlangsung, sebab di sana ada “kaleng kejujuran” tempat uang tersimpan. Bahkan, jika perlu kembalian, siswa bisa mengurusnya sendiri.

Pada kasus BBM, si miskin berteriak melalui mahasiswa, LSM, DPR, dan Ormas lainnya agar pemerintah membatalkan kenaikan BBM. Lengkap dengan ancaman, “kalau berani menaikkan BBM, presiden akan digulingkan”.

Di sisi lain, tidak sedikit kaum kaya dan mampu, berteriak-teriak atas nama membela si miskin/rakyat jelata. Katanya, “kasihan rakyat jelata”. Dengan demikian, makin banyaklah pendukung si miskin agar pemerintah membatalkan kenaikan BBM.

AKTING dari kaum kaya yang (pura-pura) membela kaum kecil jelata, mungkin saja berhasil. Jika BBM batal naik, yang kaya/mampu kan bisa numpang diuntungkan.

Lalu saya berkhayal,

“Bisa tidak ya itu POM Bensin dibuat seperti Kantin Kejujuran?” Biarlah yang miskin dan jelata tetap membeli BBM dengan harga Rp 4500 ribu per liter. Namun yang kaya, harus membeli dengan harga Rp 6000/liter.

Pasti ada yang komplain, “nanti bagaimana menanganinya? Malah jadi susah kalau harga tak seragam! Rumit, Ribet Ruwet, dlsb !”

Yang ini saya belum ketemu jawabannya. Maksud saya hanya sebatas begini, jika yang sudah kaya/mampu, masih membeli dengan harga orang miskin, itu artinya BONEK.

Mereka sedang “bertransaksi” dengan Tuhan mereka. Jika kaya mengaku miskin, biarlah pengakuan itu jadi doa mereka. Bukan hanya Tuhan yang akan betul-betul mengabulkan, tapi mungkin Jin juga menyumpahi untuk keburukan dirinya. (hehehe..rasanya sudah tak ada jalan lain untuk tahu mana yang jujur mana yang curang/pecundang…)

Massa sih ada orang pernah berdoa ingin menjadi miskin? Nah, kecurangan mereka adalah doa bagi dirinya. Kan?

Itulah yang saya maksud dengan Jual/Beli BBM Ala Kantin Kejujuran. Tinggal kita semua saksikan hasilnya nanti. Berapa persen orang kaya/mampu di Indonesia di Indonesia yang bersedia jujur dan bisa dipegang kata-katanya.

Ini sekalian penelitian jumlah orang jujur di Indonesia. Ini adalah pelajaran besar tentang positive thinking dan memercayai masyarakat. Kira-kira anggota Dewan, para pejabat, pebisnis dll, mereka mau beli yang Rp 4.500,- atau yang harga Rp 6.000,- yaaa???

Sudahlah! Lupakan saja! Ini hanya gagasan gila.

Salam bahagia penuh karya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun