Tafsir lain mengatakan, “Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan, bersama kesulitan ada kemudahan”.
Tafsir ini pun saya cinta banget. Sejak mengerti bahwa bersama kesulitan ada kemudahan, saya menjadi hobby membongkar-bongkar, apa yang Tuhan sembunyikan di dalam setiap kesulitan yang menimpa saya. Bersama kesulitan, ada kemudahan. Kesulitannya cepat bisa saya rasakan, lalu dimanakah kemudahan yang kata-Nya dihadirkan bersama-sama kesulitan?
Saya gemar menelisik dimanakah kemudahan itu diletakkan Tuhan. Hehe…tanpa terasa, lama-lama saya menjadi “trampil”. Artinya, seperti orang belajar menulis. Makin sering menulis, maka makin merasa bahwa menulis bukan pekerjaan yang berat dan melelahkan. Makin sering dihadiri ketidakbahagiaan, makin trampil dalam merespon situasi-situasi yang hadir dalam kehidupan ini.
Sungguh! Bongkar-bongkar ke dalam, lebih mengasyikkan. Saking asyiknya, kita bisa lupa membongkar-bongkar kehidupan orang lain.
Disela waktu bongkar-bongkar inilah, saya kemudian menemukan sebuah mutiara berbunyi, “Tuhan sedang mengubah duri menjadi bunga”. Indah sekali! Seperti mutiara! Saya sangat senang mendengarnya.
Sekarang, setiap kali sedikit saja saya mau jahat, mau ego, mau marah, mau iri, mau dendam, mau merendahkan orang lain, mau rakus terhadap makanan, mau serakah terhadap materi, mau mengeluh karena sakit dan lain-lain, Tuhan ingatkan saya kepada mutiara itu.
“Bersabarlah…karena Tuhan sedang mengubahmu dari duri menjadi bunga”.
Jika saya tak mampu bersabar, saya pasti gagal menjadi bunga yang harum. Saya tidak boleh menggagalkan pekerjaan Tuhan. Bagaimana dengan ketidaksabaran?
Ketidaksabaran membuat saya selamanya hanya akan menjadi duri. Siapapun takut mendekat, karena takut terluka.
Terima kasih Tuhan, dan semua yang menginspirasi. Salam damai, bahagia dan terus berkarya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H