Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Habis Manis Perguruan Tinggi "Gurem" Kubuang!

14 Februari 2012   00:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mereka yang belum sempat sarjana, hampir semuanya menyelesaikan kesarjanaannya di PTS. Yang mempunyai dana terbatas, mereka pilih PT yang oleh koran-koran disebut "Gurem".

Sering kesarjanaan menjadi ultimatum nasib mereka yang belum sarjana. Biasanya tiga/empat tahun sebelumnya, intansi/perusahaan telah memberikan rambu-rambu. Mau sarjana ataukah "dipecat"?!

Mereka yang memiliki keluarga yang harus dinafkahi, pasti berusaha maksimal agar bisa sarjana, lalu naik karir. Dipecat/PHK/Pensiun dini adalah hal yang sangat tidak diingini. Sehingga mereka rela berlelah-lelah belajar/sekolah lagi di kampus, dengan harapan nasibnya akan lebih baik ke depan. Ini adalah usaha yang sangat manusiawi.

Semua itu adalah bagian dari persoalan-persoalan ekonomi terkait dengan kemiskinan, pengangguran, ketenagakerjaan. Dan, sejujurnya, Negara ini telah dibantu oleh banyak PTS kecil-kecil untuk mengatasinya.

Faktanya memang, ada persoalan-persoalan riil ketenagakerjaan, ancaman pengangguran (karir, jabatan), yang ini terkait langsung dengan syarat kesarjanaan.

Apakah Negara/pemerintah pernah berfikir bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan RIIL seperti ini? Apakah pemerintah mengerti peran besar PTS kecil soal itu? Saya tidak yakin!

Peran mensarjanakan karyawan yang belum sarjana, hanya mampu dilakukan oleh PTS kecil. "PTN dan PTS besar", tidak sanggup membantu persoalan yang itu. Mendengar saja mereka "alergi". Terkait dengan fenomena demikian, yang sanggup dilakukan mereka adalah "berbisnis". Memang tidak kentara, sebab tidak banyak masyarakat luas yang mengamati. Mereka lebih memilih "bermain" cerdik.

Mereka "bergerak-gerak" pada level segmen yang menguntungkan. Mereka pun menyasar sarjana lulusan PTS "Gurem" yang butuh S2. Tentu saja yang duitnya lebih banyak. Bukankah banyak dari mereka berlomba-lomba mendirikan MM untuk "menyasar" segmen ini?

Nah, jika hari ini, ada lulusan PTN yang berkata, :

"Orang-orang yang merasa tidak sanggup bikin paper, mendingan ngga usah jadi sarjana deh...mereka memang tidak layak menyandang gelar sarjana....",

Maka saya pun boleh bertanya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun