Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Inilah Formula Kepemimpinan! 30/30/20/20!

23 Januari 2012   23:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:31 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis khusus untuk yang ingin mendalami spiritual leadership

Kata orang, tidak gampang menjadi pemimpin. Itulah sebabnya, banyak pemimpin gagal (merasa gagal memimpin). Bagi yang hari ini memimpin, dari top hingga lowest management, inilah formula kepemimpinan praktis, yang sangat menarik.

Apa beda leader dan spiritual leader?

Seorang leader, ketika dia pergi ke rumah ibadah, ia memikirkan pergi memancing, pergi belanja, dan pergi kemana-mana. Di dalam rumah ibadah, pikirannya mengembara kemana-mana dipenuhi kebendaan. Sementara spiritual leader, ketika ia pergi memancing, ia menyelaraskan pikirannya dengan Tuhan dan ciptaanNya. Apapun aktivitasnya, dipilihnya Tuhan sebagai pimpinan dan tujuan bagi kepemimpinannya.

(Kira-kira, diantara kedua jenis pemimpin tersebut, mana yang dilihatNYA sebagai pemujaan yang paling asli?)

Adalah Ian Percy, dalam bukunya, Going Deep”, menggagas bahwa kepemimpinan dapat dijalankan dengan formula 30/30/20/20.

30% pertama adalah Brain Trust

Spiritual leader, menghabiskan 30% waktunya untuk berfikir. Ia memercayai dan mengembangkan kemampuan otaknya. Jika ia memiliki 40 jam kerja/minggu, maka 12 jamnya (2,5 jam/hari), digunakan untuk kegiatan berfikir. Berfikir adalahbagian aktif dari serangkaian keahlian kepemimpinan.

Banyak senior yang ketika mempunyai lebih banyak lagi tanggung jawab, justru lebih sedikit punya waktu berfikir. Padahal, berfikir akan mengembangkan kemampuan intuitif, membuat lebih terbuka, aktif, kreatif dan berkembang secara berkesinambungan..

Mungkin ada yang protes. Pemimpin, harusnya “mengetahui”, bukan hanya refleksi/berfikir. Betul! Tetapi untuk berfikir, kita tak perlu berhenti melihat/mengetahui. Berfikir menjembatani apa yang kita ketahui sekarang, dengan masa depan organisasi.

Berfikir dapat dirangsang melalui membaca. Sangat penting memperluas rentang pengetahuan dan mencoba tidak terlalu membatasi buku-buku bacaan. Sesekali diperlukan keluar dari zona nyaman intelektualitas. Contoh ekstrim dari kegiatan berfikir adalah berani menyeberang sejenak mendalami al kitab agama lain dan mengetahui isinya. Jangan ragu membaca buku-buku yang menggelisahkan atau bahkan membosankan. Muhammad SAW, Kristus, Gandhi, Dalai Lama, Konfusius, adalah contoh bacaan yang dapat melatih kepekaan pikir.

30% ke dua adalah Komunikasi

Spiritual leader menghabiskan 2,5 jam sehari, untuk memastikan bahwa komunikasi di dalam dan di luar organisasi berjalan dengan efektiv.

Ketika mengunjungi bagian produksi, ia membawa berita dari bagian R&D dan bagian Marketing. Saat mengunjungi bagian expedisi, ia membawa berita dari bagian penjualan. Saat mengunjungi bagian administrasi, ia membawa kabar tentang “perjuangan” dan “kemenangan”, yang harus dicatat.

Apapun yang ia bawa, pesan spiritualnya adalah “kita adalah satu”, “kita adalah tunggal”, “kita adalah tak terbagi”. Indikasi bahwa komunikasi berjalan efektiv adalah bahwa setiap bagian mengetahui kegiatan organisasinya secara utuh.

Siapa contoh komunikator yang baik itu?

Layaknya seorang kapten pesawat. Ia mengenalkan dirinya dan memberitahu bahwa ada seorang yang lain yang duduk disampingnya.Suaranya penuh percaya diri dan mengalir lancar, memberitahu progress penerbangan. Ia memberitahu dimana kita berada, dipandang dari titik tujuan. Ia memberitahu perkiraan tiba di bandara tujuan. Kadang ia memperlihatkan hal-hal yang dapat kita saksikan sepanjang perjalanan, yang mungkin tidak pernah kita sadari, jika kita tidak diberitahu. Kita bahkan mengetahui bagaimana laporan cuaca terkini di tempat tujuan. Jika ada masalah yang akan mempengaruhi kenyamanan perjalanan, kita diberitahu sebelum benar-benar terjadi. Ia mengajari kita bagaimana menjaga keselamatan diri sendiri selama turbulensi udara. Ia memastikan bahwa kita tahu kapan semua itu akan berakhir. Terkadang ia mengunjungi kabin penumpang, untuk bertatap muka dengan orang-orang yang telah mempercayainya. Ia berharap mendapat penghormatan ini di masa-masa yang akan datang. Sebuah model komunikasi yang layak diteladani!”, Demikian saya merujuk apa yang disampaikan Ian.

20% pertama adalah Mentoring dan Perencanaan Suksesi,

Spiritual leadermengalokasikan 1,5 jam/hari untuk konsultasi internal, pendampingan, mentoring/pelatihan, dan perencanaan suksesi.

Bagi pemimpin biasa, perencanaan suksesi dianggap tabu, sama halnya dengan bunuh diri. Ini mengancam perjalanan karirnya.

Pemimpin biasa, sepanjang hari memerintah orang-orangnya agar menyelesaikan detail pekerjaan dengan bagus, sambil berucap “do your best”. Namun hasilnya, semata hanya menaikkan karir dirinya.

Banyak pemimpin biasa memang terlihat seperti pemimpin berkualitas. Mereka berhasil naik ke puncak. Namun mereka tidak mampu membawa siapapun kemana-mana. Prestasi maksimal mereka adalah, berhasil menciptakan sikap keteraturan, ketundukan dan kepatuhan karyawan mereka.

Seorang spiritual leader, membantu orang-orangnya melakukan berbagai hal untuk diri mereka sendiri. Ia melakukan pembimbingan kuat dan bijaksana, ia juga menyerah-terimakan prosedur.

20% terakhir adalah Operasional!

Spiritual leader, mengalokasikan 20% waktunya untuk membaca/memahami laporan administrasi/keuangan perusahaan. Iapaham bagaimana kegiatan proses produksi berjalan dengan baik. Ia menemui konsumennya baik secara samar maupun terang-terangan untuk mendengarkan keluhan dan saran mereka.

Finally, dalam praktik, formula ini mengalami proses. Awalnya bisa saja 10/10/10/70, tetapi semakin senior seorang pemimpin, mereka akan bergerakmenuju peran spiritual leader.

Spiritual leader tak kan terlalu lama terbelenggu dalam kompleksitas persoalan-persoalan masa lalu.

Ini hanyalah gagasan. Keputusan ada di tangan pembaca. Semoga bermanfaat.

(Inspired byIan Percy, in “Going Deep”)

Salam bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun