Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Saatnya Harus Berubah

13 Mei 2011   13:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:45 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada sesuatu yang sedang terjadi dan sangat mengganggu diri saya. Tiba-tiba ada yang berbisik bahwa, saatnya saya harus meninggalkan zona kenyamanan. Sangat tidak nyaman memang ketika kita harus meninggalkan zona nyaman itu. Mata saya tak bisa terpejam hingga larut. Lalu saya ingat sesuatu yang pernah saya tulis bahwa tujuan hidup adalah bertumbuh menjadi yang terbaik yang mungkin dapat dicapai, setiap hari.

Lalu saya ingat lagi soal filsafat klasik itu, bahwa :

"Kebahagiaan manusia adalah bergerak menuju tempat yang lebih tinggi, mengembangkan bakat-bakatnya yang lebih tinggi, memperoleh pengetahuan tentang hal ikhwal yang lebih tinggi dan yang tertinggi, dan bila mungkin, bertemu dengan Tuhan. Bila manusia tidak mengerjakan tugas-tugas ini, maka berarti ia bergerak menuju kepada yang lebih rendah, dan hanya mengembangkan bakat-bakatnya yang lebih rendah, sehingga ia pun menjadikan dirinyas sendiri tak bahagia, bahkan mungkin putus asa."

Cukup lama saya merenungkan kalimat bijak itu, hingga akhirnya saya paham bahwa kebahagiaan manusia adalah mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan adalah soal perubahan. Bertumbuh berarti juga berubah. Berubah itu tak jarang harus keluar dari zona nyaman.

Saya coba menyimak segala yang ada di sekitar. Hewan-hewan mengalami perkembangan, matahari mengalami terbit dan terbenam, bulan mengalami timbul dan tenggelam, bumi berputar, angin berhembus, air mengalir, tumbuh-tumbuhan mengalami tumbuh tinggi dan meneduhkan, bunga-bunga bertumbuh kuncup dan mekar dengan indahnya, semua alam semesta bergerak dan bertumbuh. Seluruh alam semesta menjalani tugas-tugas pertumbuhannya dengan penuh keikhlasan.

Jika demikian, lalu apa alasan yang tepat untuk menolak panggilan bertumbuh? Jika seluruh alam semesta bergerak mengalami perubahan, memenuhi panggilan bertumbuhnya dengan senang hati, maka begitu juga seharusnya manusia. Rasanya memang, tak ada apapun dan siapapun yang sanggup menghentikan pertumbuhan dan perubahan.

Sekali lagi, hanya ada dua pilihan untuk saya. Bersedia bertumbuh dan mengalami perubahan atau "dipaksa" berubah oleh alam semesta.

salam bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun