Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hari Ini Semua Sempurna

22 April 2011   22:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:31 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pagi sebelum subuh, soal kausalitas yang ditulis oleh seorang sahabat kompasianer menginspirasi saya. Dia kemukakan bahwa “tak ada satu pun fakta atau kenyataan yang terjadi menyimpang secara kausalitas” dan kenyataan itu tak pernah salah. Saya jadi menghubung-hubungkan dengan falsafah Jawa Sopo Nandur Mesti Ngundhuh, yang dalam kalimat yang lain berbunyi Siapa menabur, ia menuai.

Tapi kemudian, sebentar….sebentar…., saya bertanya-tanya lagi, “apa iya ya…???” Perasaan saya tidak ikut menanam padi, tapi bisa makan nasi, persaan saya tidak ikut menanam durian, tapi bisa mengkonsumsi durian, perasaan saudara-saudara yang digulung tsunami itu juga tidak pernah menanam bibit tsunami tapi “mengundhuh” tsunami, perasaan rakyat yang makin tertindas ini tidak pernah menanam “benih korup dan ketidak adilan”, tapi mereka “mengundhuh” juga…

Jadi ingat cerita seorang kakek dan cucunya. Suatu hari seorang anak kecil melihat kakeknya menggali tanah halaman rumah, hendak menanam sesuatu.


  • Kek, apa yang sedang kakek lakukan?


Ini Cuuu…, menanam biji durian ..

Mengapa kita tidak beli saja kek? Kan di pasar ada, kita tinggal makan, ngga usah susah-susah menanam..lagian berapa tahun lagi bakal berbuah?

Apa kata sang kakek?

“Hari ini kita bisa makan durian, mangga dan rambutan, karena kakeknya kakek dulu, tidak banyak berfikir ketika menanamnya. Niatnya hanya satu, untuk anak cucunya nanti”

Saya menyaksikan area sekitar saya tinggal. Terdapat hamparan luas pohon mangga yang usianya sudah lebih dari seratus tahun, juga pohon lontar yang usianya lebih dari seratus tahun. Dan para penduduk memanfaatkan buahnya dengan mengolah dan menjualnya ketika panen. Mereka berpenghasilan dari sana. Saya pun membayangkan seandainya para pendahulu berfikir seribu kali sebelum menanam, berfikir “lebih baik beli” dari pada “menanam”, mungkin kita tidak pernah makan yang namanya mangga, rambutan, durian dan lain-lain.

Ternyata, yang nandur belum tentu ikut ngundhuh, yang menanam belum tentu ikut menikmati hasilnya. Demikian juga rakyat yang terpaksa harus merasakan dampak tindak korup dan ketidakadilan. Sepertinya semuanya berjalan sempurna. Ada peran masing-masing yang harus dimainkan. Tinggal kesediaan memainkan saja. Apakah kita memilih peran protagonist ataukah antagonis.

Lalu apa kaitannya dengan kesempurnaan? Siapapun yang merasa menanam tetapi tidak menuai. Siapapun yang sekarang ini menuai (badai) tetapi merasa tidak ikut menanam (angin). Seperti biasa, saya hanyalah seorang murid, dari sekian para guru diluar saya. Salah seorang guru, pernah mengajarkan kepada saya:

Karya Tuhan tidak mungkin tidak indah. Setiap karya Tuhan pastilah indah. Tuhan sedang membuat karya yang Maha indah. Dan karya itu adalah kita. Layaknya pembuat karya patung, jika dilihatnya karyanya belum sempurna, maka ia akan menyempurnakannya. Tangan kirinya menyokong bagian belakang kepala, leher dan punggung, ketika ia harus menyempurnakan bagian depan yang dilihatnya masih jauh dari sempurna. Mata patung, telinga patung, bibir patung, harus bersedia disentuh alat pemahat, jika belum terlihat sempurna. Dan itu “SAKIT”. Tetapi pada akhirnya, patung itu akan menjadi karya yang sangat indah. Begitu juga kita. Tuhan sedang bekerja menjadikan setiap karyaNya adalah sempurna dan maha indah (tidak mungkin tidak). Maka lenturlah setiap saat untuk disempurnakan menjadi sebuah karya yang Maha Indah itu. Dan jika hari ini, kita merasa sakit, ingatlah bahwa kita sedang dalam penyempurnaan menuju kesempurnaan.”

Salam bahagia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun