Krisis Coklat Dunia, Pantai Gading Jadi Sorotan
Alliance 7 Prancis (kelompok pembuat coklat olahan Prancis), bertepatan peringatan Hari Coklat Dunia, pada tangggal 1 Oktober 2014, bertempat di musée du Branly Paris, mengadakan konferensi dan debat dengan judul "Kakao : Tantangan dalam menghadapi pasar dunia coklat yang meningkat". Acara tersebut didukung oleh Menteri Pertanian Pantai Gading, Sangafowa Mamadou Coulibaly.
Sebagai pembicara, pada kesempatan tersebut Alliance 7 mengundang Dr Jean-Marc Anga, direktur eksekutif Organisasi Internasional Kakao (OIC), Didier Baillet, insiyur agronomi Agensi Prancis untuk Pembangunan (AFD), Alex Assanvo, penanggung jawab program dari grup Mars dan Philippe Bastide, direktur penelitian fisiologi dan ahli kakao dari Pusat Peneletian Agronomi untuk Pembangunan (CIRAD).
Jean-Marc Anga memaparkan bahwa permintaan dunia terhadap kakao meningkat 2% per tahun. Dengan meningkatnya kesejahteraan hidup, di beberapa negara berkembang di Afrika, Amerika Latin dan Asia mengalami peningkatan permintaan produk coklat dan olahannya. Sebelumnya, produk coklat dan olahan merupakan pangsa pasar Eropa dan Amerika Utara, dengan Afrika sebagai pemasok utamanya. Tahun 2014, 71,6% produksi kakao berasal dari Afrika dimana Pantai Gading adalah pemasok terbesar (1,6 juta kg) dan Ghana (850 ribu kg). Indonesia berada dalam peringkat ketiga sebagai produsen kakao dunia dengan produksi 425 ribu kg. 95% kakao di Pantai Gading diproduksi oleh petani kecil dengan luas lahan rata-rata 2 ha. Harga kakao yang mencapai 3121.25 USD/ton, namun hanya berkontribusi pendapatan 2 USD/hari kepada petani.
Didier Baillet menjelaskan bahwa konsumen coklat sekarang semakin kritis berkaitan asal usul coklat yang berasal dari negara yang menghormati lingkungan hidup. Oleh karena itu, kakao sebagai komoditas ekonomi yang paling penting di Pantai Gading, seharusnya dikembangkan dengan prinsip durable. Mitra swasta dan pemerintah membantu petani kecil untuk memperbaharui kebun kakao dengan pohon yang baru. Melakukan pendampingan dalam perawatan mulai dari umur 3 tahun sebelum berproduksi dan umur 20 - 30 tahun sebagai periode subur pohon kakao. Didier Baillet juga merekomendasikan agar pihak perbankan mendanai pembiayaan pembaharuan pohon kakao.
Alex Assanvo, penanggungjawab program Coco Action dan perwakilan dari grup Mars (perusahaan coklat terbesar di dunia) mengatakan bahwa awalnya grup Mars sebagai produsen coklat sadar akan semakin meningkatnya kebutuhan cacao. Oleh karena itu, bersama 12 perusahaan coklat lainnya, Mars menggagas Coco Action untuk mengembangkan 200 proyek di Pantai Gading. Aksi ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dan relasi pendanaan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao. Ghana dan Pantai Gading sudah menandatangani kesepakatan dengan Coco Action yang mendukung pengembangan perkebunan kakao yang durable.
Phillipe Bastide, peneliti dari CIRAD ini mengingatkan bahwa tantangan utama dalam menghadapi pasar dunia kakao adalah produktivitas petani yang harus sebanding dengan kontribusi kesejahteraan hidup mereka. Petani afrika menghasilkan 4 juta ton kakao per tahun, namun mereka rata-rata berpendapatan 2 USD/hari. Sangat paradoksal, jika akan ditingkatkan menjadi 10 juta ton per tahun di sisi lain kesejahteraan petani tidak ditingkatkan, tidak ada pendampingan petani tentang perkebunan durable, penelitian untuk penyakit kakao, mekanisme pendanaan untuk pembaharuan pohon-pohon kakao yang baru, menciptakan mekanisme yang memberikan keuntungan lebih kepada petani. Menurut data CIRAD dibutuhkan investasi 100 - 2000 Euro per hektar per tahun untuk menghasilkan 80 - 4000 kg per hektar.Phillipe Bastide menutup presentasinya dengan mengatakan, apakah itu durable? yaitu mekanisme pertanian dimana keuntungan terbesar (yang paling sejahtera) adalah petani.
Di akhir konferensi dan debat, ditutup dengan penandatanganan oleh Duta Besar Pantai Gading untuk Prancis dan Alliance 7 mengenai perjanjian untuk peningkatan nilai dan pengembangan kakao dari Pantai Gading. Paris, 06/10/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H