“Oh. Kau mau bantuan? Boleh saja.”
“Aku beri tahu caranya. Kau kasih timun kepada orang yang sedang tidur di sana.” Tangan Kancil menunjuk ke arah bale sederhana di tengah ladang dekat sayuran lobak, tempat di mana Pak Tani sedang tertidur nyenyak.
“Lalu, minta dia memakannya dan lihatlah cara dia makan. Apakah lebih cepat atau lebih lambat. Perhatikan pula gigi mana yang dia gunakan.” lanjut Kancil.
Tanpa berpikir lebih lanjut maka meloncatlah Tupai ekor keemasan mendekati Pak Tani yang sedang tidur sambil membawa timun. Teman-teman Tupainya nampak mengikuti di belakangnya. Dilemparlah timun itu ke badan Pak Tani.
Upsss….
Akibat lemparan yang terlalu kencang, Pak Tani pun terbangun dari tidurnya. Melihat ada segerombolan Tupai dan timun didekatnya, sontak marahlah Pak Tani. Dengan tongkat yang segera disambarnya dari bale Pak Tani segera mengejar para Tupai pemakan timunnya. Tupai yang menyadari keberadaannya terancam mulai menyelamatkan diri.
“HEI…TUPAI MAU KE MANA KALIAN? JANGAN LARI!” Suara teriakan Pak Tani yang menggelegar sampai juga ke telinga Kancil yang saat itu tengah berlari ke arah hutan dengan beberapa timun paling matang di genggamannya. Nyam…Nyam…Nyam…timun-timun itu pasti enak untuk dijadikan santap siangnya nanti. Ketika kelak Tupai menyadari bahwa Tebakan Kancil adalah sebuah Jebakan, maka Kancil telah kenyang dan tidur siang di dekat salah satu pohon rindang yang ada di hutan.
Paris, 1 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H