Mohon tunggu...
Arida
Arida Mohon Tunggu... Guru - Guru MI Diniyyah Putri Lampung

Hanya orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Literasi Sekolah dalam Membentuk Sumber Daya Manusia yang Unggul

13 April 2022   10:23 Diperbarui: 13 April 2022   10:46 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, menggalakkan gerakan literasi sekolah. Gerakan ini dilaksanakan dengan gerakan membaca buku non-pelajaran sebelum waktu belajar dimulai selama 15 menit.

Gerakan tersebut termasuk agenda dalam bidang literasi. Bidang ini bertujuan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Gerakan literasi sekolah sudah dilaksanakan dan dikembangkan di berbagai sekolah. Gerakan ini menyasar sekolah pada tingkat dasar dan menengah dengan tujuan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca pada peserta didik.

Upaya menumbuhkan cinta baca di sekolah dasar dan menengah merupakan langkah strategis yang bagus. Dengan adanya pembiasaan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dapat meningkatkan minat baca peserta didik. Hal ini sejajar dengan pemahaman tentang pentingnya literasi bagi manusia.

Literasi yang rendah dapat menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan yang rendah pula. Di bidang akademik, penguasaan literasi ini menunjukkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga apabila tingkat literasi tinggi, maka akan meningkatkan minat baca dalam menyerap ilmu pengetahuan yang berimbas pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Namun, apabila literasi rendah, maka rendah berimbas pada peningkatan sumber daya manusianya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kepekaan literasi masih rendah di Indonesia, bukan hanya di kalangan pelajar tingkat dasar dan menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. 

Kenyataannya, kemampuan akademis yang tinggi, tidak dapat menjamin kepekaan literasi atau budaya literasi yang tinggi pula. Sebagai contoh masih banyak ditemukan plagiarisme dalam penulisan tugas akhir mahasiswa. Ini sebagai satu bukti nyata bahwa kita sebenarnya darurat literasi.

Darurat literasi harus segera ditangani. Peran semua kalangan sangat penting dalam siklus perubahan membuat literasi harus digalakkan. Guru dan orang tua juga memiliki peran strategis di tengah-tengah masyarakat. Sehingga guru dan orang tua diharapkan dapat lebih banyak berperan aktif dalam menggalakkan kegiatan seperti menulis, membaca, melakukan penelitian, berpikir kritis, dan lainnya.

Menumbuhkan budaya literasi melalui gerakan literasi memang bukan pekerjaan mudah. Hasilnya pun tidak instan. Perjuangan dalam menciptakan generasi literat membutuhkan fasilitas yang memadai dan proses yang cukup panjang. Namun, sudah menjadi sebuah keharusan jika ingin meningkatkan sumber daya manusia yang unggul. Oleh karena itu, semua kalangan harus mendukung gerakan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun