Mengisahkan dua pemuda yang tengah merintis usaha kedai kopi. Ben dan Jodi memulai membuka usaha dari tingkat amatir. Ben adalah barista yang sangat totalitas akan racikan kopi sekaligus mahir dalam menghidangkan cita rasa kopi.
Dengan kegigihan dalam membangun kedai kopi itu, Ben rela berani untuk mencari informasi perkopian dengan berkeliling dunia. Mencari resep-resep nikmat dari berbagai tempat penghasil kopi terbaik dunia, seperti di Paris, Amsterdam, London, New York, hinggan Moskow. Bermodalkan keterampilan berbahasa Inggris yang pas-pasan, Ben tetap bersikukuh untuk menemui dapur-dapur kopi ternama demi mendapatkan resep rahasia ramuan kopi barista unggulan.
Cerita ini bertemakan tentang kehidupan berbisnis. Terdapat tiga tokoh utama yang mana masing-masing memiliki karakter tersendiri. Tokoh Aku, Ben, dan Jody sebagai pemeran utama. Tokoh Ben diceritakan sebagai karakter yang ambisius dalam menjalankan usahanya, teliti dengan keterkaitan filosofi-filosofi di balik kartu yang memuat arti dalam racikan kopi tersendiri, juga senang (ramah) berinteraksi dengan para pelanggan.Â
Tokoh Jody sedikit menyimpang dari karakter Ben. Jody digambarkan sebagai pemuda yang selalu perhitungan atas setiap kelakuan-kelakuan di dalamnya, seperti halnya finansial Filosofi Kopi. Sedangkan tokoh Aku sebagai tokoh yang berkarakter pelerai antara konflik Ben dan Jody, juga sebagai karakter yang berani dalam bertindak. Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya berinvestasi di Filosofi Kopi
Adapun latar dalam cerita ini diantaranya adalah: Kedai Filosofi Kopi, Gubuk Pak Seno, dan di Kebun Kecil Kopi Tiwus. Dengan alurnya yang maju, jalan cerita singkat ini dapat dipahami dengan mudah. Â
Terdapat dua bahasa yang digunakan dalam cerita ini, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Adapun dialog-dialog yang dimainkan di dalamnya menggunakan bahasa yang baku. Tergolong bahasa yang efektif disampaikan, sebab tidak berlebihan (tidak bertele-tele) dan baik untuk dipahami.
Pilihan kata (diksi) yang tersaji dalam cerita singkat ini cukup memberikan arti yang mudah, sehingga mudah dipahami, tidak terkesan jadul atau tidak terkesan jarang digunakan pada masa sekarang. Sedangkan untuk majas, ada beberapa dialog yang menggambarkan Hiperbola, Asosiasi, dan Personifikasi. Adapun majas hiperbola dibuktikan dengan kalimat "Ben mematung....","Mata Ben sudah mau copot". Adapun majas asosiasi dibuktikan dalam narasi "Membayang wajah Ben yang seperti gelandangan". Dan majas personifikasi dalam kalimat "Sedikit demi sedikit kehidupan Filosofi Kopi mengembus lewat tulisan mereka","Anda tahu, cappuccino ini kopi paling genit?"
Berbicara tentang semiotika, tentunya tanda-tanda itu sering dijumpai dalam setiap kata 'Kopi', sebab kopi menjadi simbol akan filosofi kehidupan juga kesempurnaan. Sedangkan bagi 'Kopi Tiwus' menjadi simbol bahwa kesempurnaan kehidupan itu tiada.
Sumber Bacaan:
Cerpen Filosofi Kopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H