Kritik sastra ialah melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian secara luas terhadap sebuah teks sastra (karya sastra) yang bertujuan untuk mengetahui nilai yang terkandung, estetika, dan juga sudut pandang dari karya sastra yang telah dibuat.
Terdapat 4 komponen terikat yang menjadi dasar dalam variabel kritik sastra. Antara lain kritikus, karya sastra, wilayah studi sastra, dan penikmat. Masing-masing memiliki peranan dan fungsi dalam kritik sastra.
Kritikus bersifat kausalitas atau memiliki hubungan sebab akibat dengan kritik sastra. Maka dari itu dijelaskan bahwa kehadiran kritik sastra disebabkan oleh adanya kritikus. Dan sebagaimana juga bahwa kritikus sastra ada maka karya kritik ada dan begitupun sebaliknya. Sebagai konsepsi peranan kritikus bahwa kritikus sebagai penentu akan kualitas kritik sastra. Maka dari itu kualitas kritik sastra sangatlah bergantung pada kritikus. Dengan memformulasikan dirinya sebagai kritikus yang berkualitas, perlu adanya ciri-ciri yang harus diperhatikan, seperti seorang kritikus harus mencintai sastra, menguasai satra, mencintai ilmu-ilmu lain dan pengetahuan umum, mempunyai wawasan dan artikulasi, mencintai percobaan, menganggap sastra sebagai proses, menyandarkan objektivitas pada hati Nurani, dan menjadi pemikir (kritikus) sekaligus menjadi seorang penulis kreatif.
Karya sastra bersifat reaktif dan rekreatif. Artinya kritik sastra merupakan reaksi dan tanggapan terhadap dunia karya sastra. Sedangkan rekreatif muncul karena kritik sastra diciptakan berdasarkan karya sastra yang bersifat kreatif. Dalam menentukan bagaimana kritik sastra yang sesuai dengan konteks objeknya, maka kritik yang disusun harus berdasarkan pada penyelidikan terhadap karya sastra oleh seorang pengarang dalam karyanya. Sehingga hubungan kritik sastra dengan karya sastra sangatlah menentukan. Kritik sastra menentukan dan ditentukan oleh karya sastra yang dikritik.
Wilayah studi sastra mencakup teori sastra, sejarah sastra, dan sastra bandingan. Hubungan mereka terhadap kritik sastra ialah bersifat interdependensi atau saling bergantung. Teori sastra disusun atas studi langsung terhadap sebuah karya sastra, karena bagaimanapun juga teori sastra menjadi sistem pemikiran dan dasar acuan ketika melakukan kajian dalam kritik sastra.
Selanjutnya ada sejarah sastra menjadi penguatan dalam kritik sastra. Karena tanpa adanya sejarah sastra, seorang kritikus mudah untuk salah menilai dan meleset penjelasannya, sebab bisa jadi ia cenderung menulis argumetasi yang sembarangan.
Komponen kritik sastra yang terakhir yaitu penikmat atau pembaca (masyarakat sastra). Hubungan penikmat dengan kritik sastra bersifat fungsional yang difungsikan sebagai penghubung antara pengarang dan pembaca. Menjadi jawaban atas ketidakjelasan dalam karya sastra yang timbul dari para pembaca sehingga kehadiran kritikus di sini dapat dikatakan sebagai pengarah atas pembaca yang masih ragu memahami isi dikarenakan kurang baik daya apresiasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H