Bisma telah berjanji ingin menjadi Brahmacharya. Anak Raja Sentanu itu bersumpah tidak ingin menikah kepada seorang wanita karena terikat janji tersebut bahwa yang akan menjadi raja adalah anak keturunan dari Dewi Setyawati. Sebagai syarat dari permohonan Bisma kepada Dewi Setyawati agar berkenan menikah dengan Raja Sentanu yang sedang dilanda kesedihan asmara (gelisah). Semua itu dilakukan sebagai bentuk perjuangan (pengabdian) Bisma kepada ayahnya.
Suatu ketika Bisma memenangkan sayembara untuk meminta Dewi Amba menikah dengannya, yang akan diserahkan kepada wicitrawirya, adik tirinya. Dalam sayembara itu, dihadiri oleh para raja yang diantaranya adalah Raja Salya. Diam-diam Dewi Amba ternyata mempunyai hubungan asmara dengan Raja Salya, alasannya dapat terlihat ketika Bisma sedang menggertak tombaknya ke tanah kemudian menimbulkan kekuatan tenaga dalam yang dapat membuat Raja Salya jatuh dan pingsan, akhirnya dengan cekatan Dewi Amba menghampiri Raja Salya dengan penuh perhatian. Sontak suasana halaman kerajaan menjadi sunyi senyap karena menyaksikan pertolongan Dewi Amba kepada Raja Salya yang menjadi tanda bahwa sebelum ritual Swadaya diadakan, mereka telah menjalani hubungan asmara secara sembunyi-sembunyi. Pada awalnya memang sayembara ditujukan untuk mendapatkan Dewi Amba, akan tetapi pada pertemuan para raja tersebut dikejutkan akan hadirnya Bisma, yang dilihatnya adalah ksatria yang tak terkalahkan. Dengan kekuatan supermeta itulah bagaimanapun juga para raja harus berhadapan dengan Bisma tak terkecuali Raja Salya.
Akibat rasa malu Raja Salya pasca kekalahan sayembara oleh Bisma, akhirnya Dewi Amba menuntut tanggung jawab Bisma agar segera menikahinya. Akan tetapi Bisma selalu menolak karena berpegang teguh pada sumpah. Dengan menuruti tradisi Swadaya, seorang putri raja yang akan menikah akan dihadapkan pada dua hal, yaitu yang pertama ia akan ditanyai tentang siapakah lelaki yang ia cintai atau menindak lanjuti dengan mengadakan sayembara perkumpulan para raja. Maka seseorang yang telah memenangkan sayembara tersebut layak untuk dinikahi. Maka dari itu Dewi Amba selalu menagih permintaan Bisma sekaligus membalas dendam atas perbuatan Bisma supaya menggagalkan sumpahnya menjadi Brahmacharya.
Dewi Amba sedih, sebab ia dikhawatirkan tidak dinikahkan oleh Bisma. Seorang putri raja tersohor tidak mungkin untuk tidak menikah. Akhirnya ia terus mengikuti langkah Bisma kemanapun berada agar segera dinikahi. Karena terus mengikutinya, Bisma menakut-nakuti Dewi Amba dengan anak panah agar segera pergi. Tak sengaja anak panah menembus dada Dewi Amba. Bisma menangis karena sesungguhnya cinta dalam diam kepada Dewi Amba itu pupus. Inilah yang rahasiakan dalam cerita ini. Dewi Amba adalah wanita yang dicintai Bisma akan tetapi cinta itu terhalang sumpahnya. Kisah dramatis antara cinta dan sumpah mungkin masih banyak terjadi hingga saat ini. Cinta memang indah tetapi sekaligus mendapatkan luka dan duka.
Sudut Pandang
      Â
Pertunjukan drama "Asmara Amba Bisma" yang berlangsung di Gedung Sasana Budaya, Universitas Negeri Malang, pada hari Sabtu, 29 Oktober kemarin merupakan drama epos, yaitu berceritakan kepahlawanan. Di dalam cerita tersebut banyak kisah (adegan) tentang perjuangan, mulai dari kesatrian seorang Bisma hingga pertikaian merebut seorang Dewi Amba, perempuan yang sempurna untuk dimiliki oleh seorang ksatria.
Hastinapura dalam kekuasaan seorang Raja Sentanu pada awalnya memiliki seorang istri bernama Dewi Gangga. Pertemuan pertamanya di tepi sungai Gangga ketika Raja Sentanu sedang pergi berburu ke hutan. Setelah terpikat kecantikannya saat pandangan pertama, maka Sentanu pun langsung melamarnya. Pada akhirnya Dewi Gangga setuju untuk menjadi permaisuri raja dengan syarat apapun yang dia lakukan terhadap anak-anaknya, raja tidak boleh untuk melarangnya. Jika Sentanu melanggar perjanjian tersebut, maka Dewi Gangga akan hilang bersama anak-anaknya. Maka dari itu, demi menikahi Dewi Gangga, syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh Sentanu.
Setelah menikah, Dewi Gangga mengandung putranya yang pertama. Tak lama setelah anak tersebut lahir, sang dewi segera menenggelamkannya ke sungai Gangga. Santanu mengetahui hal tersebut karena mengikuti istrinya, namun ia tidak tega melarang karena terikat akan janji (syarat) pernikahannya. Kemudian, hingga semua putra yang dilahirkan setelahnya mengalami nasib yang sama. Hal itu terjadi berturut-turut sampai tujuh kali. Ketika Dewi Gangga melahirkan putranya yang kedelapan yakni Bisma, Raja Sentanu tidak tahan lagi. Ia segera mencegah istrinya menenggelamkan putra kedelapan tersebut.
Dewi Gangga menjelaskan bahwa putra-putra yang ia lahirkan merupakan inkarnasi dari delapan Vasu (dewa). Tujuan ditenggelamkannya bayi-bayi tersebut adalah untuk membebaskan jiwa mereka agar segera mencapai surga. Akan tetapi Sentanu tetap bersikeras agar menahan agar Dewi Gangga tidak membuang anaknya yang kedelapan itu, Bisma. Lalu sang Dewi berkata "Jika engkau menghilang dari janji sumpahmu saat ini, maka aku juga akan hilang bersama anak-anakmu sekarang". Seketika itulah Dewi Gangga menenggelamkan dirinya ke sungai Gangga.