Mengapa demikian
Ada titik duka saat kau pergi meninggalkan lara Â
Namun satu yang pasti, syairmu tak pernah mati
Saat kau goreskan segala halnya
Keresahan, kebahagiaan, kedukaan, perhatian, dan semua
Sungguh sajak-sajakmu terpatri manis di hati kami
Yang hatinya pernah kau sentuh dengan diksi-diksimu
Kami berduka, aku berduka saat mendengar berita kepergianmu selamanya
Syair-syairmu seolah mengiringi perjalananmu menuju nirwana
Menghantarmu pada kekekalan yang banyak dinanti insan
Kau pergi bukan untuk kembali bersama kami
Namun syair-syairmu saja yang kembali menemani kami
Iya, semua yang pernah kau tulis dengan segala hati
Terima kasih karena karya-karyamu yang abadi di hati kami
Hingga tiba masanya kita bersama menuliskan dan melantunkan puisi di alam yang sama lagi
Semoga segala kebaikan yang telah kau tebarkan dulu semasa bersama kami
Menjadi terang untuk kami para pemuisi yang mungkin pernah melangkah dalam ragu
Kau tahu, syair-syairmu itu tetap indah dan menawan hati meski penulisnya telah berpulang ke pangkuan Ilahi
....
Puisi dukaku karena telah kehilangan seorang penyair sejati
Selamat jalan penyair sejati,
Bapak Joko Pinurbo
.....
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
28 April 2024
14-2.782
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H