Kita itu adalah tentang kau dan aku. Hanya berdua. Berjalan bedua dalam tapak langkah yang tak sama. Berharap bisa beriringan, bergandengan karena setujuan.Â
Namun nyatanya tak demikian. Kaki melangkah menuju arah yang sebenarnya sama. Tapi tak bisa menjadi teman seperjaaanan. Entah apa alasan.Â
Aku hanya diam. Terpekur sangat dalam. Mungkinkah di antara kita ada keinginan di sisa malam. Betapa bisa terajut kisah di relung hati dalam angan yang karam.Â
Kembali tersenyum merenungi hadirnya mentari. Tetap saja sama apapun gejolak sanubari. Seolah mengatakan padaku yang sedang sendiri. Bangkitlah, cahaya pagi menemani. Ada asa yang tersembunyi di lubuk hati.
Tak perlu berharap langkah yang senada. Bila masing-masing mengerjakan hal yang tak beda. Tetaplah semangat dalam asa. Karena Tuhan di surga tak pernah salah memikirkan jalan insan manusia yang dikasihi-Nya.Â
Maka, percayalah pada Tuhan saja. Penopang kehidupan semesta. Tak ada jalan lain yang perlu dirisaukan. Bahkan jika perbedaan membayang di perjalanan. Iya perjalanan kau dan aku yang tak pernah menjadi kita. Tak akan pernah.Â
Ah seandainyaÂ
....
Written by Ari Budiyanti