Aku melihatnya. Warnanya sama dengan kaos yang kau kenakan bukan? Cerah seperti emas dan aku suka. Namun mengapa kau masih menyembunyikan di balik badanmu yang sama kecilnya denganku.
Aku tersenyum geli menahan tawa yang ingin meledak karena bahagia. Apakah kau memetiknya dari kebun tetangga atau milik papa? Ah aku tahu. Tadi pagi aku melihatnya masih mekar di taman depan rumah.Â
Bertangkai bunga krisan dalam genggaman. Akhirnya kau tunjukkan dengan senyuman. Salah tingkah seperti kakak-kakak dalam film drama. Tapi aku tak sengaja melhatnya saat mama menonton televisi.
Kau berikan bunga-bunga lambang cinta. Tapi cinta macam apa? Bukankah kita masih kecil sekali waktu itu. Lalu apakah Cinta Philia? Entahlah. Tapi aku menerimanya dengan penuh sukacita.
Terima kasih. Jawaban singkatku saat seikat bunga berpindah tangan. Ada dalam genggamanku kini. Merasakan indahnya rasa dalam hati. Apakah sebenarnya karena bunga-bunga itu atau karena dirimu?
Dua puluh lima tahun berlalu. Kau kembali membawa sebuket bunga. Bukan lagj dalam rangkaian sederhana di masa kecil. Namun mereka mengatakan sebagai "flowers wedding bouquet".Â
Kau sahabat masa kecilku dan kini menjadi pendamping hidup sepanjng masaku hingga usia senja, hingga tutup usia dan tak ada lagi cerita bunga di antara kita.
.....
Written by Ari Budiyanti