Aku menapaki pagi sekali lagi hari ini dalam harap akan masa depan yang ceria. Menatap kembali mentari yang seolah tak menyimpan rasa apapun tapi mungkin ada cinta pada semesta?
Saat harus hadir di ufuk Timur dalam pandangan insan di bumi, mentari pagi selalu saja sudah di sana pada jam-jam yang tak selalu sama. Tapi selalu ada.Â
Mungkin begitulah rasa cinta di hati. Selalu tinggal tetap namun ada waktunya menyesak dan ada pula kala bersembunyi. Mengapa masih saja gulana?
Apakah aku harus belajar lagi mengelola rasa cinta? Tapi bukankah kala menyesaknya tak pernah memberi tanda. Begitu saja muncul dan memberi warna. Kadang tawa, senyum bahagia, pun tetes air mata.Â
Lalu bagaimana dengan dia? Apakah juga merasakannya atau hanya mendiamkan saja pura-pura? Bagaimana tidak, ini menguras emosi jiwa. Namun kemudian aku tahu. Tak perlu lagi melangkah menuju arah yang menyakiti dan memberi luka.Â
Melangkah dalam tegap nan mantap menuju bahagiaku sendiri. Menjauh dari mereka yang menyakiti dengan atau tak sengaja.Â
Mentari pagi mengajariku untuk tetap bersinar dalam segala suasana, baik atau tidak baik waktunya.
.....
Written by Ari Budiyanti
7 November 2023