Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.992 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 1-12-2024 dengan 2.384 highlights, 17 headlines, 112.227 poin, 1.131 followers, dan 1.311 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahasa Rasa dalam Kata

24 September 2023   10:36 Diperbarui: 24 September 2023   11:00 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari FB page Let It Be

Aku pernah terbuai rasa oleh banyak kata indah di antara kita. Manis, sopan, ada canda tawa meski kadang bagiku tak jelas tapi memberi bahagia. Aneh bukan. Begitulah yang mungkin oramg bilang terpesona  ataukah cinta?

Entah, bukankah manusia berubah. Terkadang diam pun menjadi bahasa dan terasa sangat asing namun nyata. Ada kalanya diam adalah sebuah bahasa lain dari aku tak peduli lagi. Begitukah?

Sesungguhnya mereka yang mengerti bagaimana merangkai kata dalam nada-nada bisa dengan mudah menguntai rasa menjadi lagu. Musik menjadi berbahasa dalam rasa. Apakah kau bisa?

Aku tidak. Namun pesona rasa yang menguasai jiwa terkadang terwakilkan oleh alunan nada yang dibuat mereka. Mereka yang memahami bagaimana nada-nada saling bertautan dalam dada. Terukir dalam kata.

Namun bagiku tetap saja diam itu menyakitkan dilakukan atau diterima. Terkadang begitu. Nada-nada yang mengalun menjadi sendu saja. Bagaimana itu? Aku tak tahu.

Yang kutahu bahwa rasa di antara kita telah berakhir dan hilang perlahan. Jarak yang kau rentangkan lebih jauh dari keberadaan kita sesungguhnya. Dan akupun diam sambil menikmati rintik hujan yang menderas di hatiku hingga turun ke pelupuk mata.

Namun doa tak pernah terhentikan. Selalu dan selalu mengalun indah dari sanubari untukmu yang telah sengaja pergi dariku. Kau, di sana, baik-baiklah supaya aku lega meski terpisah jauh dalam jarak dan rasa padamu.

...

Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun