Saya dulu suka sekali berjalan-jalan ke mal di area Jakarta untuk refreshing saat harus menghabiskan waktu untuk menunggu adik pulang kerja. Setidaknya duduk-duduk manis sambil makan beberapa menu sembari menanti.Â
Kalau mood sedang baik, di mal saya duduk-duduk sambil membaca buku yang saya bawa dari rumah. Kalau mood sedang kurang mendukung biasanya saya jalan-jalan saja menghabiskan waktu untuk melihat aneka pernak-pernik atau buku-buku baru di toko buku dalam mal.Â
Sering juga saya mendapati bazar buku di dalam mal. Lumayan bukan. Pada beberapa kesempatan saya juga menghabiskan waktu bersama keluarga kakak dengan berjalan-jalan di area mal yang ada di Bekasi. Saya lebih sering menemani keponakan untuk bermain di play ground sementara kakak mencari beberapa barang keperluannya.
Kami juga kadang mengisi waktu makan siang di mal dengan aneka pilihan makanan yang tak biasa kami konsumsi sehari-hari. Selain itu, kalau ada film baru, kami juga menonton bersama di mal. Pokoknya semua bisa didapat di mal. Setidaknya untuk beberapa orang tertentu, mal bisa menjadi tempat refreshing dari aneka kesibukan harian.Â
Sekarang saya sudah tidak lagi menikmati jalan-jalan di mal karena adik sudah pindah ke kampung halaman dan tidak bisa menemani jalan-jalan lagi di mal. Keluarga kakak juga sudah pindah jauh sehingga tak ada kesempatan mengunjungi mereka dan jalan-jakan di mal bersama-sama.Â
Semua ada masanya. Saya sekarang lebih banyak mendengarkan cerita murid-murid saya kalau mereka habis jalan-jalan ke mal bersama keluarganya saat weekend.Â
Jadi apa benar mal bertambah sepi pengunjung? Saya sejujurnya tidak tahu banyak.
Kalau mal tambah sepi, mengapa masih saja ada cerita tentang mereka yang jalan-jalan ke mal. Ada juga aneka kisah makan bersama di mal-mal tertentu atau menonton film di mal.
Benarkah mal menjadi lebih sepi pengunjung?Â
Ada yang mau bantu jawab pertanyaan saya tersebut?Â