Di sebuah taman.
"Nggi, aku mau curhat," Sita duduk di sebelah Anggi dengan wajah ditekuk, sedih sekali.
Anggi yang sedang membaca buku puisi terbaru karya beberapa teman, menghentikan aktivitas membacanya.Â
"Curhat aja, aku dengerin koq," Anggi menutup bukunya.
Terdemgar Sita kawannya menghela nafas perlahan. Ada sesak yang dia rasakan.Â
"Aku sedih Nggi kalau teringat kenangan percakapan aku dan Kak Riri. Ingat kan sama Kak Riri?" Anggi mengangguk sambil juga mengenang Kak Riri yang dimaksudkan Sita, kawannya.Â
"Kenangan yang mana?" tanya Anggi pada Sita.
"Kak Riri semasa hidupnya sudah sangat baik pada orang lain. Segala kelebihannya juga dia abdikan pada sesama. Rasanya tak kulihat celah keburukan sedikitpun padanya. She is like an angel. You know?" Sita memulai curhatnya.
"Aku suka sekali masakan yang dibuat Kak Riri bahkan kak Riri suka bagi-bagikan makanan yang dia masak pada anak-anak panti asuhan atau anak jalanan. Tak hanya itu, kadang ketika mereka datang karena membutuhkan keperluan lain selain makanan, Kak Riri juga mau membantu. Termasuk biaya sekolah beberapa anak, dia mau menanggungnya dengan sukarela."
Anggi mengangguk-angguk lagi sambil mendengarkan serius curhat Sita.Â