"Dor," hampir saja melompat jantungku dari tempatnya tersembunyi. Itu bukan suara tembakan ya. Tapi sohibku yang mengagetkanku dengan sangat. Biasa, dia memang suka mengagetkanku jika tahu aku sedang bengong, menurut dia. Padahal memang iya, eh, haha.
"Anggi, katanya kamu udah ga mau memikirkan dia lagi. Udah kelar belum itu perasaan di hati hah? Jangan-jangan, kamu masih sering mimpiin dia ya?" seru Vira sambil ambil tempat duduk di bawah pohon tak jauh dariku.
Iya itu kebiasaanku, kalau suntuk, suka ke taman dan cari pohon rindang, bukan mencari kursi untuk duduk menuliskan inspirasi tulisan yang muncul. Aku lebih suka duduk di rumput sambil membaca atau menuliskan apa saja yang melintas di kepalaku.
Buku berisi aneka ideku memang selalu kubawa kemana-mana. Itu juga sudah dihapal sama sohibku Vira.
Tapi, sore itu tanpa buku, aku hanya duduk-duduk diam di bawah pohon kesukaanku. "Nih, dari pada melamun, kamu baca buku aja. Aku kemaren ke toko buku, di deretan buku fiksi, novel dan aku lihat buku ini. Kamu kenal kan penulisnya?"
Berdansa dengan Kematian," bacaku lirih. Judulnya aja bikin merinding. Vira tahu aku ga suka horor, kenapa malah aku dikasih buku novel horor sih. Batinku agak bertanya-tanya. Mau kesel ya ga bisa, dia kan sohibku, paling tahu aku. Ga mungkin lah dia kasi aku buku novel fiksi horor.
""Eh, itu ga horor kayak pikiranmu kok Anggi. Baca saja. Hanya ya misteri gitu lah, petualangan aja, seru sih. Aku dah baca semalam. Langsung habis semua babnya. Lagian kamu kan sering nulis fiksi, jadi ya aku kasih aja buku ini ke kamu. Baca ya. Daripada melamun di bawah pohon besar lagi.. hiii.. " kata Vira menjelaskan maksud hatinya.
"Thanks Vira. Makasih buat buku novelnya. Aku kenal koq sama penulisnya.. Acek Rudy kan nama pena Pak Rudy Gunawan, salah satu penulis ternama di Kompasiana. Bahkan satu-satunya penulis yang dapat anugerah rekor MURI sebagai Numerolog pertama di Indonesia kan. Tentu saja aku tahu." jawabku.
Tak disangka, aku dapat juga novel perdananya lewat sahabat karibku, Vira. Aku mulai membacanya dan masuk ke bab 1. Kisahnya bikin merinding tapi menyenangkan bahasanya menarik dan bikin pengen baca lagi bab berikutnya.
"Tak hanya itu, banyak pesan bermakna di dalamnya. Aku suka," kata Anggi dalam hati.
Tak kusadari aku sudah hanyut dalam ceritanya dan kembali aku cuekin sohibku Vira. Salah siapa kasih buku ke pembaca buku kayak aku. Batinku.