Sedih? Sedikit. Tidak mau banyak-banyak. Rugi sendiri kan. Kecewa? Iya pasti ada, tapi tidak bertahan lama. Iya itu tadi, saya ga mau merugikan diri sendiri dengan rasa sedih dan kecewa yang berlebihan dan terlalu lama.
Life must go on, right? (Awas jangan pilih left, right aja. Hehe, becanda)
Selama ini, buat saya mendapatkan K-Rewards setelah menulis di Kompasiana memang memberi semangat. Apalagi dengan aturan baru K-Rewards dapat diperoleh dengan perhitungan semua views di artikel selama 1 bulan.
Apakah artikel itu diberi label pilihan editor atau tidak dilabel pilihan oleh admin. Semua dihitung sebagai view untuk menentukan K-Rewards. Tentu saja metode penghitungan sesuai aturan admin. Bukan views yang nampak di setiap artikel kita tapi page unique views yang hanya bisa diketahui oleh admin Kompasiana.
Bulan Juni 2022 lalu saya menulis artikel di Kompasiana tentang saya yang tidak mendapat K-Rewards. Bisa baca artikelnya di sini. Fiksianer ini terkaget-kaget ketika mendapati tidak ada K-Rewards di laporan akun Kompasiananya.
Kompasianer Ari Budiyanti. Lihat profilenya di sini ya.
Sedih dan pasti kecewa. Ini sempat mempengaruhi kuantitas tulisan si fiksianer. Ah siapa sih fiksianer ini. Kenapa tergantung amat dengan perolehan K-Rewards. Fiksianer ini adalah penulis sendiri.
Iya saya memang banyak menulis puisi. Kategori Fiksiana di Kompasiana menjadi incaran tulisan hati saya. Memang tiap hari di waktu-waktu yang telah lalu, saya rajin berpuisi. Pernah juga dalam 1 hari saya menulis 5 puisi. Jadi tidak apa kan kalau saya sebut diri saya sendiri sebagai fiksianer? Saya mencintai puisi.
Tahu tidak kawan, ternyata Juni 2022 menjadi awal mula K-Rewards tidak pernah masuk lagi di akun Kompasiana Ari Budiyanti. Sejak bulan Juni hingga Oktober 2022, profile Ari Budiyanti menunjukkan tidak ada pergerakan angka K-Rewards.
Tapi ya sudahlah. Ada hal-hal yang tidak bisa saya kendalikan dan mungkin itu bukan rejeki saya ya. Apa saya perlu "banting setir" dengan berhenti menulis puisi saja? Apa saya berganti haluan menulis artikel saja?
Entahlah, hati saya mengatakan: tidak. Kecintaan saya pada puisi terus saja ada. Kata-kata yang terangkai di hati selalu saja menjadi diksi puisi. Sampai-sampai terbersit di pikiran, bisa tidak ya masuk nominasi Best Fiction di Kompasianival 2022.
Saya menunggu dengan harap-harap cemas. Meski akun saya masih centang hijau, tidak apa kan kalau saya berharap masuk nominasi. Hingga saatnya pengumuman tiba. Ah, tidak ada nama saya lagi. Terus bagaimana?