Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan, Resah, dan Rindu

28 Agustus 2022   22:11 Diperbarui: 28 Agustus 2022   22:27 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puisi via intisari.grid.id

Aku menatap gelisah
Pada awan-awan yang tak ramah
Mendung yang mengguyurkan deras hujan
Di antara temaram kota yang telah menjadi sunyi
Sungguh ini hujan resah

Aku ingin menitipkan rindu pada sela-sela air yang mengalir
Sisa hujan yang menggenang di jalanan
Mungkinkan nantinya mengalir hingga ke sungai
Terbawa arus sampai menuju muara
Itu harapanku pada hujan

Agar rindu yang kutitipkam pada airnya
Mencapai samudera raya selepas dari muara
Hingga mengikuti angin yang menghempas rindu dalam deburan ombak
Hingga memercik dalam butiran air yang menghempas
Raut wajah yang sedang menikmati angin pantai

Menanti percikan air laut menyampaikan titipan rinduku
Hanya pada dia yang ada di sana
Teramat jauh di tepian samudera
Tak terjangkau tangan
Tak teraih angan
Hanya bisa menitipkan rindu yang tak terbendung
Pada hujan yang menderas malam ini

Baca juga: Secangkir Rindu

Hujan tak jua berhenti
Seolah mengirimkan sebanyak pasukan air menampung segala rindu yang tak pernah habis
Sadarkah kau hai kekasih jiwa
Air laut yang memercik wajahmu penuh dengan titipan rindu dariku
Hanya untukmu
Yang tercinta

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
#PuisiBaruAri
#PuisiHujan
.28 Agustus 2022

11-2.267

Baca juga: Yang Tersembunyi

Baca juga: Bahasa Kasihmu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun