Hari ini sudah hampir 2 minggu saya mengajar siswa secara langsung di sekolah. Tidak lagi menggunakan aplikasi zoom meeting. Siswa datang langsung ke ruang kelas di sekolah untuk belajar. Rasanya luar biasa buat saya.
Sukacita bertemu kembali dengan murid-murid secara langsung di ruang kelas memberi nuansa yang berbeda. Ada interaksi antara para murid dan guru dengan lebih intens dibandingkan sebelumnya yang belajar hanya dengan cara daring.
Bukan hanya itu, pertemuan tatap muka (PTM) ini juga membuka kesempatan pada saya untuk mengajak murid-murid mengunjungi perpustakaan sekolah secara langsung pada saat pelajaran membaca.
Sekolah kami memang mengadakan kelas membaca khusus sebanyak 2 jam pelajaran dalam 1 minggu. Jam membaca ini dibagi menjadi 2. Satu jam pelajaran membaca dalam Bahasa Indonesia dan 1 jam lainnya menggunakan Bahasa Inggris di hari yang berbeda.
Saya memegang kelas membaca dalam Bahasa Indonesia sesuai pelajaran yang saya ampu sebagai wali kelas, tematik muatan Bahasa Indoenesia.
Saya mengenalkan macam-macam buku untuk menjadi bacaan murid-murid di kelas. Mulai dari buku fiksi anak, buku ensiklopedia anak, buku tentang hal-hal yang penting diketahui anak, dan lain sebagainya.
Saat kami mengunjungi perpustakaan sekolah bersama-sama, petugas perpustakaan juga mengenalkan macam-macam buku di perpustakaan. Bahkan mendampingi anak-anak membaca buku sesuai minat baca mereka. Tentu saja saya sangat terbantu oleh tugas pustakwan sekolah kami.
Tak hanya itu. Saya juga mengikuti kebijakan sekolah membawa sebagian buku-buku perpustakaan ke dalam kelas dan meletakkannya di rak buku kelas. Atau isitlah kerennya "Libranry corner". Buku-buku akan diganti secara berkala setiap 1 minggu 1 kali.
Ini cara saya memotivasi anak untuk membaca dan memahami isi bacaan. Memilih jenis bacaan yang tepat sesuai kemampuan dan bidang minat mereka.
Ada anak yang suka membaca karya fiksi, ada juga yang lebih memilih buku-buku non fiksi. Meskipun demikian mereka juga membaca jenis buku lainnya untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Jadi anak yang membaca karya fiksi juga membaca karya non fiksi, begitu pula sebaliknya.
Misalnya ada buku tentang aneka jenis bunga. Anak-anak mempelajari bunga-bunga beserta gambarnya yang menarik dan berwarna-warni. Ini akan membawa anak-anak juga lebih bersyukur atas alam ciptaan Tuhan dan lebih menghargai bunga-bunga di sekitar mereka.