Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.992 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 1-12-2024 dengan 2.384 highlights, 17 headlines, 112.227 poin, 1.131 followers, dan 1.311 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Karya ke-1.818 di Kompasiana dan Kisah Persahabatan Sejati

2 November 2021   18:35 Diperbarui: 2 November 2021   19:46 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Kompasianer Pak I Ketut Suweca. Sumber inspirasi penulisan karya puisi kolaborasi hari ini untuk peringatan pencapaian karya ke-1.818


Menulis setiap hari 1 artikel, bukan hal yang pernah saya rencanakan sebelumnya. Berawal dari 1 Desember 2018 saya menuliskan puisi pertama di Kompasiana. Sebentar lagi saya mencapai usia 3 tahun menulis di Kompasiana.

Lalu apa yang saya dapatkan? Sangat banyak. Salah satu yang ingin saya kisahkan adalah persahabatan sejati dengan para penulis di sini. Tak hanya belajar menulis lebih baik lagi, relasi dengan para sahabat penulis sungguh mengobarkan semangat menulis saya.

Hingga hari ini saya mencapai 1.818 tulisan di Kompasiana. Ini bukan perjalanan literasi yang biasa saja buat saya. Ini adalah hal luar biasa. Banyak teman menggembar gemborkan rajinlah menulis. Berbagilah kebaikan lewat tulisan. Itu baik, tapi saya memilih untuk melakukannya saja. Iya saya menulis saja.

Bagaimana jika bertemu dengan mereka yang suka menghakimi atau menilai saya sesuai pemikiran mereka? Bebas. Mereka berhak menilai saya seperti keinginan mereka. Yang saya lakukan: Just Keep Writing.

Saya sudah lelah menanggapi mereka yang berpikiran negatif pada saya. Biarkan saja mereka menilai saya sesuai keinginan mereka. Lebih baik energi saya gunakan untuk menulis. Iya menulis lagi saja.

Pencapaian dalam kategori Nilai Tertinggi atau terpopuler di Kompasiana saya nikmati sebagai rekam jejak kepenulisan saya. Demikian juga perolehan K-Rewards saya. Apakah ini dianggap sebagai kesombongan oleh rekan lain? Saya tidak tahu karena tidak pernah mencari tahu juga. Tidak pernah saya survey pendapat mengenai hal ini. 

Pertanyaan lain yang muncul kemudian adalah: Seandainya benar ada yang menilai ini hal yang tidak baik, apa saya harus terus mengikuti saja penilaian mereka dan berhenti mengabadikan rekam jejak saya? Tidak. 

Saya memilih just be myself. Jangan ikuti media sosial saya jika Anda tidak suka dengan postingan saya. Itu juga yang saya lakukan jika tidak cocok dengan postingan orang lain, biasanya saya akan unfollow. Saya hanya ingin bahagia saja dalam menulis. Sederhana.

Dengan segala baik buruknya saya, masih tetap ada sahabat-sahabat literasi yang terus mau berteman dengan saya. Bahkan ketika saya minta untuk berkolaborasi dalam karya puisi sebagai perayaan karya ke-1.818, ada dua sahabat literasi yang berkenan. Berikut puisi kolaborasi kami hari ini.

.....

Alam Kintamani dalam Larik Puisi

Hijau dan biru menyatu dalam balutan putih awan dengan sedikit kelabu mendung
Tentang sebuah tempat wisata sebagai tujuan, iya sebuah wisata bagi hati
Penat dan peluh tiada terasa lagi, menyatu dengan sejuknya udara segar
Menambahkan keberanian melangkah pada kaki yang tertunda menebar kabar

Kintamani...
kala pagi menerpa
mendirikan kemahnya di ujung dunia,

Aku terjaga!

sesaat ditempa
teduh senyum gadis manis...
lihai menerawang ragaku

dan sungging bibir menyapa

Kintamani...
anggun kilau mentari
menelusup dibelah waktu
buah rahim rindu semalam

Engkaukah itu.....
Kintamaniku?
berdiri melawat angin
menyapa penuh jenaka
bertatah riuh pesona jelita sang juwita

Kintamani...
di sana peluh rindumu
meluruh sukma
tanpa ragu

Tengok Panelokan; gunung,
genangan luas menakjubkan
Lenyap sudah penat raga
peluh ragu
juga rindu kepadamu
Mata peluk bulan sabit biru
Danau Batur nan elok

Kintamani selalu memanggilku kembali untuk terus berkarya dalam larik-larik puisi
....
Penulis: Ari, Ayu, Pak Budi

....


Saya terinspirasi foto yang diunggah Pak I Ketut Suweca beberapa hari lalu dalam salah satu group penulis. Kemudian ada 2 rekan kompasianer yang berkenan menyambung tulisan saya tersebut.

Semoga pada hari-hari saya selanjutnya, bisa menikmati setiap kesempatan saya untuk menulis setidaknya sampai 2.000 tulisan di Kompasiana. Ini salah satu harapan saya untuk bisa dipenuhi dan diusahakan tercapai.

Tanpa kalian para sahabat Kompasianet, saya sudah lama berhenti menulis di Kompasiana. Support kalian sungguh tak tergantikan.


Artikel ini saya persembahkan untuk rekan-rekan kompasianer yang masih terus mendukung saya sekalipun sudah tahu baik dan buruknya saya. Terima kasih sudah menerima saya apa adanya dalam perjalanan berliterasi bersama.


Salam persahabatan untuk semua rekan kompasianer yang masih mau terus bersahabat dengan saya dan menjadi kawan-kawan literasi dalam penulisan karya.

Salam literasi
...

Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
2 November 2021

3-1.818

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun