Ini goresan karya ke-1.729 di Kompasiana. Jika admin memberikan label pilihan pada artikel ini maka akan menjadi tulisan ke-1.230 yang dilabel pilihan editor. Sebaliknya jika artikel ini tidak dilabel lagi oleh admin Kompasiana, maka ini adalah tulisan ke-500 yang tidak diberi label pilihan editor.
Lalu bagaimana? Entahlah. Saya tidak tahu. Jumlah total tulisan itu hanya yang saya unggah di akun pribadi saya, atas nama Ari Budiyanti. Belum termasuk tulisan saya di akun komunitas Inspirasiana.
Masih banyak ide yang ingin saya tuangkan dalam karya tulisan namun entah mengapa hati saya sudah hilang nyaman menulis di sini. Mungkin ini pertanda semakin jelas untuk saya berhenti saja.
Terlebih karena dua karya saya tanggal 16 Agustus 2021 tidak ada yang dilabel oleh admin Kompasiana. Tulisan puisi dan tulisan berupa artikel.
Menurut saya aneh saja, mengapa tulisan saya tentang berkebun di kala usia pensiun bisa lewat begitu saja oleh admin Kompasiana. Jujur saya sedih sekali. Apalagi kisah tersebut adalah inspirasi nyata dari Ibunda.
Suatu hal yang sungguh-sungguh dilakukan sebagai kegiatan di usia senja. Cukup sudah rasa tidak bahagia saya terima. Saya sudah merasa lelah untuk sekedar menerima saja.
Dua tahun 8 bulan 2 minggu sudah saya lalui di Kompasiana dan artikel saya yang dilabel headline berhenti di angka 13. Entahlah saya juga tidak tahu alasan admin Kompasiana memberi saya jatah artikel HL berhenti di titik 13 selama ini.
Ternyata saya tidak cukup tangguh untuk bertahan di Kompasiana lebih dari 2 tahun 8 bulan 2 minggu. Saya bahkan tak bisa sekedar meraih 2.000 artikel.
Jika setelah ketidakmunculan saya di akun kompasiana Ari Budiyanti membuat kemudian saya dilupakan dari dunia literasi di sini, tidak mengapa. Ini pilihan saya, bukan?
Tidak perlu memotivasi saya untuk menulis lagi di Kompasiana. Itu permintaan terakhir saya pada siapa pun yang membaca artikel saya ini. Hanya ijinkan saya berpamitan tanpa merasa berat untuk pergi.
Tolong jangan cegah saya.