Saya tak bisa memungkiri betapa bahagia menulis di Kompasiana karena bisa mendapat banyak teman yang bergerak aktif di dunia literasi. Ada berbagai artikel yang saya baca dan beraneka kategorinya. Ini menambah wawasan saya.
Banyak juga hal-hal baru yang saya dapatkan di sini. Sebagai seorang yang gemar membaca, artikel dengan beragam tema tentu memperkaya pengetahuan saya. Saya juga mengagumi para sahabat Kompasianer yang menjadi guru-guru saya berliterasi.
Apalagi kala pandemi begini, pekerjaan yang harus sepenuhnya dilakukan di rumah, memberi lebih banyak kesempatan untuk meluangkan waktu membaca. Berbagai kecemasan bisa diredam dengan membaca artikel yang bermanfaat.
Terlebih dari itu, saya menemukan juga teman-teman Kompasianer yang suka dan rajin berpuisi seperti saya. Karya-karya fiksi yang saya baca juga meliputi cerpen dan novel di sini. Memang sesuai dengan bidang minat saya saja.
Saya pasti memilih bacaan. Tidak semua jenis bacaan saya baca. Ada beberapa genre yang saya hindari. Namun bukan berarti saya anti dengan penulisnya ya, itu dua hal yang berbeda.
Kembali pada judul. Tulisan ini saya buat tentang persahabatan di Kompasiana. Ada kehangatan saat saling bertegur sapa dalam komentar-komentar positif dan saling mengapresiasi. Ada canda tawa juga saat berkomentar di artikel humor.
Namun ada juga komentar prihatin tentang kondisi tidak menyenangkan yang menimpa. Kesedihan lain saat mendapatkan rekan-rekan yang biasa rajin menulis dan muncul dalam sapaan komentar, ternyata tiba-tiba tiada berita. Sedih sekali.
Terus mendoakan agar sahabat-sahabat literasi di Kompasiana tetap sehat dan baik-baik meski tidak mendapati karya tulisannya lagi di Kompasiana. Ada beberapa juga yang terhubung melalui media sosial.
Ini memperluas komunikasi tidak terbatas di Kompasiana saja. Setidaknya berita tentang teman masih terbaca di media sosial jika mereka sesekali muncul di sana.
Jujur saya orang yang mudah terbawa perasaan. Meski tidak ada relasi dekat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, membaca karya teman-teman membuat saya merasa dekat dengan penulis. Jika tetiba tiada berita, saya sedih sekali.
Ini yang membuat saya harus belajar lagi mengelola emosi agar tidak mudah terbawa perasaan dengan persahabatan yang terjalin di media sosial. Pandemi yang membuat kita kadang terkejut dengan berita-berita tak terduga. Baik yang menimpa saudara dekat maupun kenalan jauh.