Senja tadi aku menatap langit
Mendung sudah menggantung seolah siap meluncurkan air sederasnya ke bumi
Membuat ada sedikit rasa getir pahit
Tanpa sengaja menyeruak di nurani
Aku paksakan diri melajukan sepeda roda dua tak bermesin
Kugayuh menuju tempat perhentian di penghujung desa yang lain
Demi sebuah tujuan yang harus terlaksana
Sambil berdoa agar tak ada bulir-bulir yang mengiring kepergian ke sana
Namun apa yang terjadi di tengah perjalanan
Tetiba hujan deras mengguyur sekujur badan
Aku menepi sejenak dan berkata pada diri yang kedinginan
Apakah aku harus menyesali dan menangisi keadaan
Rasanya dalam masa berteduh di sebuah tepian toko di pinggir jalan
Aku menikmati segarnya tiap percikan
Aku yang telah lama tak saling menyapa dengan tetesan hujan
Merasa ada sebuah lukisan keindahan
Batin yang tadinya tersesak karena amarah
Tidak terima pada alam yang seolah tak memihak dan membuatku hampir naik darah
Namun aku mencoba mensyukuri masa itu sebagai anugerah
Sehingga menjadikan titik-titik hujan yang tak kusesali sebagai sebuah kisah
Dan kisah itu terlukiskan dalam bait-bait puisi senja dan hujan
 ...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
2 Maret 2021
Artikel ke 1383
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI