Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membeli Barang Dagangan di Warung Tetangga, Itu Teladan Mama yang Saya Ikuti

6 Januari 2021   20:26 Diperbarui: 6 Januari 2021   20:59 1617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.cekkembali.com

Mama, begitu saya memanggil Ibu saya. Dalam perbincangan sehari-hari kami, saya sering mendapati semangat toleransi pada tetangga sebagai gaya hidup Mama. Saya sering menawarkan membeli aneka barang di toko-toko semacam mini market di kampung kami. 

Mama selalu menyebutkan beberapa barang yang secara khusus susah didapati di warung tetangga. Kalau saya menawarkan untuk sekalian membeli keperluan sehari-hari lainnya, Mama hampir selalu mencegah. "Jangan, nanti beli telur, minyak, beras di warung depan aja." 

Di kesempatan lain, saat kami sedang di Bekasi, saya mau membeli buah kopi sachetan kesukaan Mama. Dengan cepat Mama mengingatkan, yang kopi kesukaan Mama itu ada di warung Mpok, di belakang. Tidak boleh beli di mini market. Kalau saya tanya alasannya, Mama selalu menjawab, iya kasi keuntungan sama tetangga.

Bukankah ini hal sederhana yang bisa kita lakukan bersama jika ingin mendukung usaha kecil orang-orang di sekitar kita? Teladan sederhana dari Mama saya ini mungkin sepertinya biasa saja. 

Banyak orang di kampung juga melakukannya. Namun jika satu orang dengan konsistensi sama mendukung usaha kecil seperti yang dilakukan Mama saya, tentunya akan membantu perekonomian pemilik usaha tetap stabil. Atau setidaknya ada uang masuk setiap hari bagi kebutuhan pelaku usaha.

Teladan Mama, saya ikuti. Saya juga membiasakan diri membeli makanan buatan teman-teman. Ada satu sahabat saya yang pandai membuat bakpao dengan resep keluarga. Harganya juga cukup terjangkau. Jika ada moment khusus di sekolah, saya sering memesan bakpao pada teman saya.

Misalnya saat saya ulang tahun. Saya akan memesan bakpao untuk dimakan bersama teman-teman di sekolah dan murid-murid saya. Bakpaonya memang lembut dan enak.

Bakpao home made. Dokpri teman penulis
Bakpao home made. Dokpri teman penulis
Saya senang dengan bakpao buatan teman saya. Bukan hanya itu, saya juga sering membawa pulang bakpao ke kampung untuk oleh-oleh. Mama saya saya sangat menyukai bakpao buatan teman saya ini. Ada kalanya Mama membagi bakpao pada beberapa teman Mama. 

Ternyata teman Mama juga suka, kalau saya pulang kampung, kadang dititipi untuk membawa bakpao. Pesan lewat saya. Itu terjadi pada masa-masa sebelum pandemi. 

Kalau saya mengunjungi kakak di Bekasi, saya kadang juga membawa bakpao ini sebagai buah tangan. Keluarga kakak saya pun sangat menyukainya. Sesuai pilihan rasa masing-masing.

Bakpao yang siap dinikmati. Dokpri teman penulis
Bakpao yang siap dinikmati. Dokpri teman penulis
Melihat foto-foto bakpao di atas, saya jadi lapar sendiri. Memang bakpao ini sangat lezat dan sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun