Pagi ini, anak-anak di sekolah tempat saya mengajar, mendapat kesempatan mendengarkan cerita dengan tema menarik. Sejak adanya kebijakan PJJ, anak-anak sudah belajar dari rumah mulai bulan Maret 2020. Maka dari itu, hari ini pun mereka mendengarkan dongeng dari rumah masing-masing.
Kami menggunakan aplikasi zoom. Dongeng kali ini bertemakan tentang kepedulian pada penyandang tuna daksa. Anak-anak diperkenalkan mengenai peringatan Hari Disabilitas Internasional 2020 yang diperingati setiap tanggal 3 Desember.
Anak-anak mendengarkan penjelasan dari tim yang berkunjung ke sekolah melalui zoom. Mereka dikenalkan pada arti kata disabilitas dan siapa saja yang termasuk orang-orang difabel. Penjelasan yang diberikan cukup sederhana. Macam-macam disabilitas juga disebutkan.
Anak-anak dikenalkan dengan istilah tuna daksa. Tuna daksa adalah orang yang kehilangan anggota badan bagian kaki. Penyebabnya bisa bermacam-macam.Â
Ada yang karena mengalami kecelakaan, ada yang karena digigit ular beracun bagian kaki sehingga sampai harus diamputasi. Namun demikian ada juga yang memang bawaan sejak lahir.Â
Dongeng yang dikisahkan adalah mengenai seorang anak yang menangis ingin dibelikan sepeda baru. Karena marah pada papanya, dia pergi dari rumah naik sepedanya yang lama.
Singkat cerita anak ini bertemu dengan seorang yang hanya mempunya 1 kaki dan berjalan menggunakan bantuan tongkat. Lalu mereka mengobrol. Anak ini menjadi sadar bahwa dia kurang bersyukur.
Dia dinasehati untuk pulang dan meminta maaf pada papanya. Lalu anak ini tidak lagi minta dibelikan sepeda baru. Dia berubah keinginan sejak bertemu kawan baru yang tuna daksa.
Dia memutuskan untuk menabung setiap hari untuk membeli kaki palsu. Dia ingin memberi hadiah untuk teman barunya. Papanya merasa sangat senang dan mendukung keinginan anak ini.
Dongeng tersebut dibawakan dengan apik dan penuh keceriaan. Anak-anak mendengarkan dengan antusias. Mereka sejak kecil ditanamkan kepedulian pada sesama. Bahkan mereka diajak untuk berdonasi bagi penyediaan kaki palsu yang akan diberikan pada para penyandang tuna daksa.
Kegiatan ini memang selalu rutin diadakan sekolah kami, setidaknya satu tahun sekali. Sejak dini, anak-anak sudah diajarkan untuk melihat kenyataan mengenai adanya orang-orang difabel yang membutuhkan dukungan.