Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengabdi Sebagai Pendidik di Kampung Sendiri

15 Agustus 2020   09:49 Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:19 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 
"Kamu yakin dengan keputusanmu Nin?" tanya Bunda pada Nindia perihal keinginannya tetap bekerja di kota setelah mendapat gelar S.Pd.

"Benar, Bunda. Di sini, Nindia sudah punya banyak teman dan informasi lowongan pekerjaan mengajar. Setidaknya, Nindia bisa mencukupi kebutuhan sendiri sehingga tidak lagi merepotkan Ayah Bunda." Nindia menjawab mantap.

Nindia sudah sempat mengirimkan lamaran pekerjaan di beberapa sekolah. Tinggal menunggu konfirmasi dari sekolah-sekolah tersebut.

Saat ini Nindia sedang di kampung halamannya sambil menunggu jika ada panggilan pekerjaan di kota tempatnya kuliah pendidikan.

Di suatu pagi Nindia bertemu guru masa kecilnya. Beliau bernama Bu Lisa. Selain mengajar di sekolah, Bu Lisa juga mengajar sebagai guru anak sekolah minggu di gereja tempat Nindia beribadah.

Nindia ingat sekali waktu musim liburan, tidak ada siswa yang datang ke sekolah minggu karena mereka banyak yang berlibur ke kota bersama keluarganya. Tapi Nindia tetap datang. Nindia sangat ingat, bu Lisa tidak meliburkan sekolah Minggu.

Bu Lisa tetap mengajar Nindia meski hanya sorang diri saja. Nindia merasa senang sekali. Tetap bisa belajar Alkitab meski hanya berdua dengan bu Lisa di ruang sekolah Minggu.

20 tahun telah berlalu sejak saat itu. Nindia juga sudah lulus jadi sarjana pendidikan, seorang calon guru. Bu Lisa yang sudah lanjut usia, ternyata masih mengajar di desa mereka. Dari satu sekolah ke sekolah lain.

Bu Lisa bercerita, belum ada guru muda yang mau menggantikan posisinya mengajar sekarang. Bu Lisa berpesan, kalau Nindia ada teman atau kenalan yang bisa mengajar di desa tersebut, agar menginfokan ke Beliau.

Nindia terdiam sepanjang perjalanan ke rumah. Setelah pertemuan dengan bu Lisa, hatinya gundah. Guru masa kecilnya masih setia mengajar di kampung halamannya. Tapi dia?

Sebentar lagi perayaan HUT RI. Sekolah-sekolah sudah mulai masuk pembelajaran meskipun masih secara online di beberapa kota dan tempat. Bahkan berita terbaru yang Nindia dengar akan ada subsidi pulsa bagi guru demi melancarkan pembelajaran via online ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun