Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 3.000 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 20-12-2024 dengan 2.392 highlights, 17 headlines, 112.449 poin, 1.133 followers, dan 1.315 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Perlu Mengurungnya

10 April 2020   21:00 Diperbarui: 10 April 2020   21:38 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang burung di kabel listrik yang melintas di halaman depan rumah. Dokumen pribadi

Kicauannya memang indah dan kudengar kala pagi di suatu kota
Ah ternyata mereka terkurung di sana
Dalam sangkar indah dengan pintu keluar yang kecil
Makanan dan minumannya dihantarkan pemiliknya
Iya mereka yang membelinya dengan harga yang tak bisa dibilang murah
Mereka menyukainya
Mereka menikmati kicaunya yang merdu
Namun mereka memenjarakannya di sangkar penuh ukiran itu
Terbelenggu saja dalam sangkar mempesona itu
Mendadak aku sedih

(Sepasang burung di kabel listrik depan rumah. Photo by Ari)
(Sepasang burung di kabel listrik depan rumah. Photo by Ari)
Anganku membawa pada kenangan di halaman depan rumah
Setiap terduduk manis di sudut depan rumah
Menikmati juga kicauan yang sama
Namun lebih terasa indah
Burung-burung tak terkekang dalam penjara sangkar buatan manusia
Mereka menguntai sangkarnya sendiri
Pepohonan depan rumah menyediakan tempat untuk menjadi sarang tempat mereka tinggal
Tak ada pintu kecil untuk keluar masuk
Lepas bebas terbang kapan saja dimaui mereka
Bahkan mereka selalu kembali dengan kepakan cerianya
Sungguh tidak terbelenggu dalam sangkar
Hanya sarang indah di pepohonan

Seekor burung dengan sejumput daun kering di paruhnya. Photo by Ari
Seekor burung dengan sejumput daun kering di paruhnya. Photo by Ari
Bahkan terkadang aku melihat paruh mereka membawa sejumput daun kering
Mereka pilih yang berserabut
Kesana kemari tiada henti
Beterbangan sepenuh hati
Membangun sarangnya sendiri
Di atas pohon itu

Makanan dan minuman tiada yang mengantarkan
Namun telah disediakan di pepohonan
Bebas memilih bebijian kesukaan
Bebas memakan sebanyak yamg mereka butuhkan

Foto burung di pohon cemara depan rumah. Photo by Ari
Foto burung di pohon cemara depan rumah. Photo by Ari
Aku dan keluargaku hanya menyediakan pepohonan besar
Yang tertanam di halaman depan rumah
Memberi mereka ruang untuk tinggal
Sebebas mereka mau
Menarikan aneka tarian senja
Atau menyanyikan aneka kidung pagi
Dalam kebebasan yang sejatinya harus menjadi milik mereka
Tanpa harus terkurung dan terpenjara
Tempat mereka memang di alam semesta

....

Written by Ari Budiyanti
Jumat, 10 April 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Yang harus #dirumahsaja itu kita, kalau mereka (burung-burung) biarkan di semesta, tak perlu mengurungnya

Sudah tayang juga di:secangkirkopibersama/Tak-perlu-mengurungnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun