Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cinta] Bukan Cinta Sesaat

15 Maret 2020   23:44 Diperbarui: 16 Maret 2020   01:14 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixdaus.com

"Edel, kenapa buru-buru?" panggilan dari Ern tak digubris oleh Edel. Nampak sekali Edel tergesa-gesa mengambil sepedanya dan melaju meninggalkan Ern. Malang bagi Ern, sepedanya diparkir paling depan sehingga tidak mudah mengeluarkannya. 

Edelweiss segera masuk kamar dan mengunci pintu. Papa yang sedang membaca koran di depan menjadi bingung. Tak biasanya anak gadisnya masuk rumah tanpa memberi salam dan langsung mengunci diri di kamar.

Papa mengetuk pintu kamar, "Edelweiss, buka pintunya. Ada apa nak? Ayo bicara sama Papa." Terdengar isak tangis Edelweiss membuat Papa merasa cemas. Mengapa sepulang les piano malah menangis. Ada apa gerangan dengan putri tunggalnya.

"Permisi Om" terdengar suara Ern dari luar rumah. Papa keluar menemui Ern yang juga teman les piano Edelweiss. "Ern, apa kamu tahu kenapa Edel menangis sepulang les?"

"Om, saya tidak tahu. Tadi selesai les Edel cepat-cepat pulang. Makanya saya menyusul ke rumah. Mau bicara sama Edel" jawab Ernanda dengan kebingungan.

Pintu kamar terbuka dan Edel keluar menemui Ern dan Papanya di beranda rumah. "Edel dengar, Ern akan pindah ke Eropa, kita tak akan ketemu lagi selamanya?" masih terisak Edel menyampaikan kesedihannya.

"Oh, apa karena itu kau menangis?" Ern tak percaya kepergiannya ke Eropa akan membuat Edelweiss sahabatnya sesedih itu. "Iya, tapi aku ke Eropa hanya sebentar, tidak selamanya. Hanya ikut mengisi konser musik di sana. Lagian mana tahan aku berpisah lama dengan Edelweissku. Aku tadi mau memberitahunu. Tapi kamu cepat-cepat pulang. " jelas Ernanda.

Papa tersenyum melihat dua sejoli yang katanya sahabatan lama. Tapi Papa tahu ada getar cinta di antara keduanya. "Memangnya, apa yang membuatmu menangis begitu Edel? Apakah berpisah denganku membuatmu sedih?" Ernanda seolah ingin mendapat penegasan dari Edelweiss. 

Edelweiss menunduk malu. Sepertinya perasaannya pada Ernanda terbaca jelas. Ern tersenyum melihat ekspresi Edelweiss. "You are my Edelweiss. My everlasting love. I can't live far from you" Ernanda langsung menyatakan perasaannya pada Edelweiss yang dijawab singkat " You too for me, Ern "

..

Tamat

...

Written by Ari Budiyanti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun