Semilir angin berpadu dengan kicauan burung-burung kecil
Beterbangan merendah mencari ranting-ranting pohon yang nyaman
Membawa aneka ornamen alam untuk membiat sarang tempat mereka berteduh
Bersama keluarga kecil yang dibinanya
Melindungi telur dari kejaran pemangsa agar menetas pada saatnya yang tepat
Juga alunan nada lain oleh gemerisiknya pepadian yang bergoyang tersapu angin
Dalam bulir-bulir yang berisi membuatnya makin menunduk saat angin menyapanya
Berusaha menyembunyikan butiran bernasnya dari kejaran burung-burung kecil pencari makan
Juga pemandangan para petani bertudung kala siang menyengat
Berusaha tabah dan penuh semangat
Menantikan masa panen penuh tuaian
Setelah masa-masa bertanam dan merawat padi dalam kesabaran pun penuh ketelatenan
Berdoa agar tiada wabah dan bencana menghambat masa bahagia
Saat musim menuai tiba
Juga gemericik aliran air sungai kecil yang terkadang dihuni ikan
Tempat menyeleraskan penat dari seharian berkubang lumpur di persawahan
Membuai rasa dingin menelisik hingga ke hati sejuknya air di sungai pedesaan
Dengan pepohonan rimbun di sekitar tepiannya
Ah betapa indahnya suasana kala senja tiba di sana
Semua itu sungguh berkejaran di anganku
Melintasi awan-awan penatku pada nyatanya kehidupan masa kini
Saat kuputuskan mencari sekedar sesuap nasi
Di tempat nan jauh dari semua keindahan dan keasrian kampung halaman tercinta
Beradu dengan penat udara ibukota
Pun hiruk pikuk dunia penuh kecemasan terjangkit corona
Kini menggebu-gebu rasa rindu di kalbu
Akan desa kelahiran yang kutinggalkan lama
Ingin aku segera pulang menuju kampung tercinta
Ku tak mau lagi menahan rindu terlalu lama
 ..
Written by Ari Budiyanti
11 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H