Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Puisi, Membaca Buku hingga Memotret Pemandangan Jadi Kenangan Manis di Kereta Api

17 Februari 2020   21:45 Diperbarui: 17 Februari 2020   23:11 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memotret dan membaca. Photo by Ari

Kisah perjalanan naik kereta api akan saya lanjutkan. Sebagai seorang yang sangat sering bepergian naik kereta api, kisah saya pasti sangat banyak. Saya sudah menuliskan tiga cerita sebelum ini. Ini berati menjadi yang keempat.

 Apa saja yang biasa Anda lakukan ketika naik kereta api jarak jauh antar kota dan provinsi di pulau Jawa? Adakah ide atau pengalaman ingin Anda bagikan? 

Rerata lamanya perjalanan naik kereta api yang pernah saya tempuh di masa lalu, beserta transit di stasiun adalah berkisar antara 13-15 jam. Bila saya naik kereta api Pasundan pagi-pagi dari Surabaya Gubeng pukul 06.00 WIB, saya akan tiba di stasiun dekat rumah sekitar pukul 18.00 WIB. Perjalanan ditempuh selama 12 jam. 

Tapi jika saya berangkat dari rumah, saya akan tiba di stasiun kereta api sekitar pukul 23.00 WIB. Kereta api Kahuripan yang saya tumpangi akan tiba di Stasiun Lempunyangan sekitar pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB. Pagi-pagi sekali di stasiun Lempuyangan saya menunggu kereta api Sritanjung berangkat pukul 07.00 WIB.

Ada waktu sekitar 3 jam menunggu di stasiun. Saya membiasakan diri membawa barang secukupnya saja. Meski demikian tidak pernah cukup hanya satu tas saja. Paling tidak ada 2 tas. Saya akan menunggu kereta datang sambil terkantuk-kantuk bahkan tertidur di stasiun Lempuyangan. 

Karena ini berlangsung bertahun-tahun, maka saya pun mencari relasi yang bisa dipercaya di stasiun. Iya penjual makanan dan oleh-oleh di stasiun Lempuyangan. 

Saya selalu singgah beli sarapan dan beberapa keperluan di warung kecil tersebut. Selalu di tempat yang sama. Terkadang saya menitipkan barang bawaan saya sejenak pada pemilik warung yang sudah saya kenal tersebut. Sejauh ingatan saya semua terjagai dengan aman. Itu perlindungan Tuhan.

Sekarang, yang menjadi masalah adalah saat saya menempuh perjalanan di dalam kereta api dengan durasi waktu yang panjang. Apa yang harus saya lakukan? 

Mengobrol dengan penumpang lain? Ini sangat jarang saya lakukan. Pernah tapi hanya alakadarnya. Saya lebih banyak tertidur di kereta api karena rasa mengantuk dan lelah. Namun tak jarang pula ada masa ketika saya tak bisa memejamkan mata. Saya masih ingat beberapa hal yang biasa saya lakukan. 

Salah satunya adalah mengamati burung gereja yang beterbangan di sekitar rel kereta api. Ada pepohonan tak jauh dari stasiun Lempuyangan pada masa itu. 

Memang tidak terlalu banyak. Namun cukup untuk tempat burung-burung ini singgah sehingga kadang beterbangan hingga ke sekitar rel kereta api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun