Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keangkuhan Air Mata

27 Januari 2020   05:49 Diperbarui: 27 Januari 2020   05:53 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetesan air hujan di batang markisa. Photo by Ari

Saat kata-kata terlemparkan pedas menyakiti hati hingga terluka
Bening di pelupuk mata mengalir deras sehingga terkadang lupa cara berhentinya
Terus saja berlangsung tahun demi tahun bagaikan sebuah pusaran emosi lara

Namun hati menjadi terasa berat mengikuti alurnya
Karena ternyata tiada berubah lagi si penebar bahasa kasar
Membuat nurani memilih menahan agar bulir bening itu tak berjatuhan lagi

Kini apapun terkatakan yang menyakitkan batin
Sudah berhasil ditepikan oleh gelombang kepedihan yang terbendung
Tiada lagi mau turun dari tempatnya bernaung
Di sudut pelupuk mata tak lagi menggantung

Kini bulir air mata menjadi jarang turun
Apapun rasa pedih yang melanda tak lagi dirasa
Seperti membiarkan batin menjadi kebal pada luka
Sehingga nurani tak lagi mengagungkan lara
Kini menjadi seolah ada keangkuhan airmata
Yang tak mau lagi menunjukkan keberadaannya

Jika kemudian ditanyakan padaku
Mengapa tiada lagi pernah menangis seperti masa-masa itu
Apa bisa kuberikan jawaban sendu bagi kalbu
Hanya kubilang airmataku terlanjur menjadi angkuh pada nyatanya pedih

 ..

Written by Ari Budiyanti
27 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun