Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kala Luka Menggoda

11 Januari 2020   20:14 Diperbarui: 11 Januari 2020   20:28 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tempias rasa tercipta karena kata
Yang menggores tajam ke relung hati
Jika tak kuasa menahannya saja
Terlampiaskan dalam larik puisi

Ketika kuatnya gemuruh kasih sayang
Pada jiwa yang tak bisa memilih
Karena nyata dalam dunia bukan bayang
Yang terajut menjadi pilihan kasih

Harus kulukiskan dengan apa besarnya
Perlukan gunung sebagai pembanding
Atau kupadankan dengan kedalaman apa
Samudera rayakah menjadi pesaing

Sungguh tak bisa ku menyandingkan
Dengan yang terbesar atau terdalam
Karena cinta sejatinya adalah ketulusan
Bukan semata berjuta rasa terpendam

Mungkin kau tak paham apa ku bilang
Ini sebuah kisah hati yang terlukai
Ketika kata-kata yang tak ditimang
Meluncur tanpa ampun penuh maki

Nada suara meninggi menjadi-jadi
Lupa pada siapa sedang berkata
Bila ada maaf itu karena luasnya nurani
Pun mengingat sebuah relasi jua

Bila mereka kata, sabar itu tanpa batas
Mungkin hanya Tuhan pemiliknya
Karena aku sadari hanya manusia
Yang tak bisa selalu menahan luka

Saat ku masih juga menyapamu
Setelah semua goresan tajam kata
Hanya karena kujagai sepanjang kalbu
Dalam untaian doa untuk yang kucinta

Aku bukan mencinta membabi buta
Aku pun bukan tak bisa membenci
Namun bila aku masih di sini juga
Mengingat darah sama mengalir diri

Tak kan cukup semua larik kata
Untuk mengingatkan diri agar melupa
Bila tentang luka yang menggoda
Dalam kehidupan sepanjang masa

Bisakah kau memilih diam saja
Bila katamu terangkai untuk melukai
Bisakah kau berubah murni jiwa
Dalam pertobatan sejati nan abadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun