Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tersimpan di Sudut Kepala

18 September 2019   19:45 Diperbarui: 18 September 2019   19:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kupu biru hinggap di tanganku. Photo by Ari

Kupikir saja dalam angan
Bahwa aku cukup kuat menanggungnya
Kurasa saja dalam batin
Bahwa ku mampu menerimanya

Namun ..
Nyata berkata lain terkadang
Saat lelah badani menyeruak
Membakar semua energi tersisa

Merenung lagi mencoba memahami
Apakah arti semua ini
Adakah suatu pertanda saja
Ataukah memang sebuah petunjuk

Bila ini tepat yang kupilih
Mengapa raga ini menolak bertahan
Sebesar apapun usaha jiwa meronta
Yang tersisa hanya sebait gundah

Bukan karena aku tak cinta
Justru kasihku teralirkan melimpah ruah
Namun kekuatanku sungguh berbatas
Atas semua gempuran emosi menyerang

Bukan aku mau mundur dan kalah
Atau lupa bagaimana cara bertahan
Hanya saja fisik ini berkata lain
Jika lebih lama tinggal semakin ambruk

Bila memang harus kulepaskan
Pastilah derai air mata berkejaran
Karena harus meninggalkan
Sebuah perjalanan yang kucinta

Sebuah kisah batin yang menginspirasi
Sebuah harta yang tersembunyi
Sebuah kekayaan yang tak terselami
Kudapati semua ada di sini

Dalam derai tawa sukacita mereka
Dalam kelembutan perhatian juga
Dalam sentuhan kemurnian kasih
Dalam doa yang tak putus-putusnya

Dalam segala yang tak tertuliskan
Semua haruskah ku tinggalkan
Demi apakah aku bisa rela
Jika bukan karena badan tak kuasa

Menanggung letih ini
Memikul beban emosi
Meratapi kegagalan diri
Terperosok dalam ilusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun