"Bunga lagi - bunga lagi, bosan. Aku tak suka."Â
Kulemparkan seikat bunga mawar merah pemberian Andi ke tong sampah. Lalu kutinggal pergi. Lebih suka menikmati musik rancak dengan alunan yang membuat tangan dan kaki ingin menari ala K-Pop.
Tanpa kusadari, seikat mawar merah telah hilang dari tong sampah secepat itu. Bagaimana bisa. Kan baru kubuang 15 menit lalu. Belum juga hilang heranku, aku mendengar ketukan pintu ruang tamu.Â
Astaga, apa Andi datang lagi, bagaimana kalau dia menanyakan tentang mawar pemberiannya. Harus ku bilang apa? Aduh siapa sih yang iseng ambil mawar dari tong sampah. Gerutuku dalam hati.
Dengan malam ku melangkah menuju pintu, berharap bukan Andi. Tapi..Â
"Eh, maap tadi aku salah kasih bunga, yang seikat mawar merah itu pesanan ibunda untuk adikku, dia suka sekali mawar merah. Yang ini, seikat mawar pink untukmu."Â
Astaga, harus kubilang apa? Mawar merah itu telah hilang. Masa iya aku bilang ke Andi kalau bunga mawarnya kubuang ke tong sampah. Aku masih terpaku, terdiam tak tahu harus berbuat apa, atau menjawab apa.
"Emm.. kamu suka ya mawar merahnya, tidak mau mawar pink ini. Ya udah tidak apa, aku beli lagi saja mawar merah untuk adikku"Â
Andi mengarahkan seikat mawar pink itu padaku. Aku tak mau terima bunga lagi.
"Andi, ini bawa saja mawar pink nya buat adikmu juga. Maaf ya aku tak mau bertukar dengan mawar merah yang tadi. Habis aku terlanjur suka."
Andi tersenyum, lalu mengambil lagi seikat mawar pink itu dan berpamitan. Astaga, hampir saja. Siapa sih di sini yang rajin buang sampah dari tong sampah secepat kilat. Hampir saja hubunganku dengan Andi retak karena mawar merah yang menghilang.