Sebenernya sudah lama saya ingin menulis berkaitan dengan kasus Bullying yang marak di sekitar awal bulan April. Tapi saya terus menahan diri. Memang sungguh sangat disayangkan ini masih terjadi di dunia pendidikan kita. Kesedihan saya bukan hanya sebagai seorang guru yang melihat dan mendengar fakta tersebut, adanya bullying antar siswa, masih bercokol di beberapa sekolah di negri tercinta.Â
Namun juga kesedihan sebagai warga negara yang melihat generasi mudanya masih banyak yang salah arah dalam memilih jalan kehidupan. Menyakiti dan mempermalukan sesama siswa, bahkan yang lebih muda, yang seharusnya dilindungi dan diberi panutan oleh siswa yang lebih dewasa secara usia.Â
Apa mau dikata, itu semua sudah terjadi. Yang menjadi perhatian saya sekarang adalah bagaimana menolong korban bullying ini secara profesional. Saya memang tidak mempunyai latar belakang pendidikan formal di bidang psikologi yang bisa menolong secara langsung kasus bullying ini. Namun ijinkanlah saya membagikan sedikit dari buku yang saya baca karya Jodee Blanco berjudul "Bencana Sekolah".Â
Buku ini menjadi buku bacaan yang saya rekomendasikan bagi guru maupun orang tua yang khususnya menangani anak usia remaja. Siswa-siswa SMA dan boleh juga SMP yang kadang masih mencari jati diri. Sayang sekali jika mereka tidak mendapatkan bimbingan yang tepat dan panutan yang layak untuk dijadikan teladan hidup.
Judul asli buku ini adalah "Please Stop Laughing at Me.." Di dalam terjemahan bahasa Indonesia diberi judul "Bencana Sekolah" yang merupakan memoar mengejutkan, menggugah, dan menginspirasi tentang bullying. Joddie Blanco adalah seorang yang pernah mengalami langsung dalam kehidupannya peristiwa bullying yang sangat mengerikan di masa-masa sekolahnya.Â
Namun dia berhasil selamat karena mendapat dukungan penuh dari keluarga besar. Bahkan sekarang telah menjadi seorang aktivis dan pakar yang berpengaruh dalam bidang bullying di sekolah. Yang juga menuliskan buku yang saya sebutkan di atas. Buku yang menjadi salah satu buku laris versi New York Times.
Joddie mengabdikan hidupnya untuk kemudian datang ke sekolah-sekolah dan melakukan kampanye anti bullying. Melakukan dengan setia dan tulus dengan pendekatan berdasarkan pengalaman pribadinya sehingga Joddie berhasil menolong menggagalkan banyak siswa yang berusaha melakukan percobaan bunuh diri dan mencegah aksi pembalasan dendam siswa yang berkaitan dengan bullying.Â
Program antibullying yang diperkenalkannya adalah It's NOT just joking around. Program tersebut disambut gembira oleh kombinasi peserta lebih dari 500 ribu tenaga pendidik, siswa, dan orang tua di seluruh negara atas perintah Departemen Dalam Negri Amerika Serikat, Asosiasi Nasional Sekolah Katolik, Asosiasi Dewan Sekolah Illinois, dan sejumlah sekolah distrik setempat di mana banyak dari mereka mengadopsi prakarsa Joddie Blanco sebagai bagian dari kurikulum inti pencegahan bullying di sekolah. (Sumber Buku Bencana Sekolah).
Baiklah saya hanya ingin memperkenalkan sedikit pada pembaca, siapakah Joddie Blanco yang saya bicarakan di atas. Sehingga jika ada yang ingin menjadikan bukunya sebagai bacaan, bisa melihat peran nyata Joddie Blanco dalam pendidikan di negaranya.Â
Dalam buku ini, Joddie menuturkan dengan jujur segala peristiwa yang dialaminya di sekolah. Bagaimana dia menjadi bahan ejekan teman sekelasnya. Saya tidak akan bahas perlakuan-perlakuan apa yang diterimanya karena sangat kejam dan mengerikan. Saya bahkan,terpaksa  ada bagian-bagian yang sampai tidak tahan baca dan saya skip. Bagaimana dia melalui masa-masa penuh penderitaan akibat perbuatan-perbuatan teman-temannya yang selalu menganggap itu sebagai bercanda saja. Namun dampaknya sungguh sangat luar biasa bagi Joddie. Bahkan entah berapa kali dia berusaha mengakhiri hidupnya.Â
Namun uluran dan dekapan kasih keluarganya yang membuat dia berhasil bertahan. Penerimaan tulus akan keberadaan dirinya juga salah satu penguat untuk dia tetap bertahan. Bertemu dengan orang-orang sepenanggungan, sesama korban bullying juga membuat dia merasa tidak sendiri. Ada orang-orang yang mengalami hal sama, dan mereka saling menguatkan. Tentu saja didampingi tenaga profesional dalam bidangnya. Tapi tetap saja, keluarga menjadi pendukung utama bagi Joddie untuk bisa lepas dari pengaruh buruk bullying yang dialaminya. Orang tuanya, paman dan bibinya, kakek dan nenek semua bahu membahu menolong Joddie.Â